04 November 2014

Upacara Pelet Kandhung pada Masyarakat Madura

Upacara pelet kandhung atau pelet bettang adalah sebuah upacara ritual orang hamil yang biasa dilakukan oleh penduduk yang berdiam di daerah Bangkalan dan Sampang Madura. Sebenarnya upacara pelet khandung ini mirip dengan tradisi yang biasa dilaksanakan oleh beberapa tempat di nusantara ketika masa kehamilan telah mencapai usia 7 bulan. Tapi seperti halnya pepatah lama yang berbunyi lain lubuk lain belalang, maka meskipun upacara ini sama-sama dilakukan oleh orang yang sedang hamil, tapi tentu saja cara dan prosesi yang dilakukan berbeda-beda.

Sebelum upacara pelet kandhung dilaksanakan, si ibu yang tahu bahwa dirinya hamil akan mengadakan upacara nandai yaitu sebagai penanda bahwa dirinya hamil. Setelah upacara nandai usai, maka akan ditaruh sebiji bigilan atau beton (biji dari buah nangka) di atas sebuah leper (tatakan cangkir) dan diletakkan di atas meja. Setiap bulannya, di leper itu ditambah satu biji bigilan sesuai dengan hitungan usia kandungan perempuan tersebut. Dan, pada saat di atas leper itu telah ada tujuh biji bigilan yang menandakan bahwa usia kandungan telah mencapai tujuh bulan, maka barulah diadakan upacara pelet kandhung atau pelet betteng.

Sebagaimana halnya upacara pada umumnya, dalam upacara pelet kandhung yang biasanya akan dilaksanakan pada saat bulan sedang purnama dan selepas isya ini pun memiliki tata cara tersendiri dan dibagi dalam beberapa tahap yang harus dijalankan oleh yang akan melaksanakan upacara. Disamping itu, harus disiapkan juga berbagai peralatan dan perlengkapan yang akan menunjang pelaksanaan upacara pelet kandhung. Adapun peralatan dan perlengkapan untuk upacara pelet kandhung ini antara lain :

  • Kain putih sepanjang 1½ meter untuk digunakan sebagai penutup badan sang ibu hamil ketika melaksanakan upacara dimandikan
  • Air 1 belanga besar untuk mandi
  • Bunga setaman untuk campuran air mandi pada saat upacara pemandian
  • Gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan gagangnya dari ranting pohon beringin yang masih ada daunnya
  • 1 butir telur ayam mentah dan 1 butir telur ayam matang dengan direbus
  • Ketan kuning yang telah masak
  • Seekor ayam muda
  • Minyak kelapa untuk digunakan mengurut dalam pijat perut
  • Kemenyan Arab
  • Setanggi
  • Uang logam yang nantinya dicemplungkan kedalam air yang akan dipakai dalam upacara pemandian
  • Sepasang kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang Arjuna dan Sembodro serta dibubuhi tulisan Arab atau Jawa
  • Kue procut, juadah pasar (jajanan pasar), lemeng (ketan yang dibakar dalam bambu), tettel (penganan yang terbuat dari ketan), minuman cendol, la’ang dan bunga siwalan (semacam legen), untuk makanan yang akan disajikan dalam upacara kenduri atau orasol


Dan tahap-tahap yang harus dilalui oleh orang yang dalam hal ini si ibu hamil dalam upacara pelet kandhung itu yakni: 

Tahap pijat perut
Upacara ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat Al Quran (Surat Yusuf dan Maryam) oleh para undangan laki-laki yang dipimpin oleh seorang Kyae. Dan selagi para lelaki itu membaca Alquran di ruang tamu, di dalam bilik perempuan yang mengandung itu mulai dilaksanakan prosesi pelet kandhung. Dukun baji mulai memelet atau memijat bagian perut perempuan tersebut dengan menggunakan minyak kelapa. Maksud dari tindakan ini adalah untuk mengatur posisi bayi di dalam kandungan. Dan sementara dukun baji itu memijit perut perempuan hamil itu, secara bergiliran sanak kerabat akan masuk kedalam bilik untuk mengusap perut si perempuan hamil itu sembari memanjatkan doa agar si calon ibu dan bayinya selalu dilindungi Tuhan sampai proses melahirkan kelak.

Tahap penyepakan ayam
Setelah upacara pijat perut selesai, maka sang dukun baji ini akan membimbing si ibu hamil menuju ayam yang diikat di kaki ranjang untuk di sepak sampai menimbulkan bunyi “keok”. Ayam yang telah di sepak ini nantinya setelah upacara selesai akan diberikan kepada dukun baji sebagai ucapan terima kasih sekaligus sebagai pengurip

Tahap penginjakan telur dan kelapa muda
Setelah tahap penyepakan ayam dilewati maka sang dukun baji pun kembali membimbing si ibu hamil tadi menuju prosesi berikutnya yakni upacara penginjakan telur dan kelapa muda. Dalam prosesi ini si ibu hamil terlebih dahulu diminta untuk memakai kain putih untuk kemudian disuruh kaki kanannya menginjak kelapa muda, dan kaki kiri menginjak telur. Yang unik dari prosesi ini adalah apabila telur yang diinjak itu berhasil dipecahkan maka mereka meyakini bahwa anak yang bakal lahir nanti berjenis kelamin laki-laki. Tapi bila tak berhasil dipecahkan maka si dukun baji akan memungut telur tersebut untuk digelindingkan ke perut sang ibu hingga menggelinding menyentuh tanah. Begitu telur itu pecah maka para undangan yang hadir pun akan berseru “Jabing! Jabing!” yang berarti bahwa bayi yang akan lahir kelak berjenis kelamin perempuan.

Tahap ritual dimandikan
Pada tahap ini ibu hamil dimandikan oleh kerabat menggunakan air tertentu yang telah diberi kembang setaman di kamar mandi atau halaman belakang. Sang dukun baji ini pertama-tama akan mengambil gayung terbuat dari tempurung kelapa dan gagangnya dari ranting pohon beringin yang masih ada daunnya, kemudian menaburkan kembang setaman dan uang logam ke dalam air kongkoman dari periuk tanah, kemudian mengambil air tersebut menggunakan gayung tadi lalu diguyurkan kepada si ibu hamil. Selesai dukun baji barulah kemudian giliran kerabat dan handai taulan si ibu hamil ikut memandikan menggunakan air yang sama tadi hingga air kongkoman habis. Selesai dimandikan kemudian si ibu hamil ini pun akan dibawa kembali ke dalam kamar untuk dirias dan dipakaikan baju paling bagus agar begitu si ibu hamil di bawa keluar menemui tamu undangan para tamu akan berseru “Radin! Radin!” yang berarti cantik.

Setelah itu, acara diteruskan dengan penyerahan dua buah cengker yang telah digambari tokoh wayang Arjuna dan Sembodro kepada Kyae untuk didoakan. Setelah selesai didoakan barulah cengker itu kembali diserahkan kepada matowa bine untuk diletakkan di tempat tidur menantu perempuannya yang sedang hamil itu hingga si perempuan melahirkan bayinya.

Dan tahap terakhir adalah pemberian jamu dek cacing towa untuk diminum si ibu hamil dan pemberian nasi ponar dan telur rebus. Oh iya, setelah jamu dek cacing towa diminumkan maka tempat jamu (cengkelongan) itu kemudian dilemparkan ke halaman. Masyarakat Madura meyakini bahwa jika cengkolan tersebut jatuh terlentang maka bayi yang akan lahir akan berjenis kelamin laki-laki dan sebaliknya.

Tahap Orasol atau kenduri
Pada tahap ini semua tamu undangan akan diajak makan bersama dengan hidangan-hidangan khas upacara pelet kandhung seperti Kue procut, juadah pasar (jajanan pasar), lemeng (ketan yang dibakar dalam bambu), tettel (penganan yang terbuat dari ketan), minuman cendol, la’ang dan bunga siwalan (semacam legen) dan sebagainya sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan sekaligus terimakasih kepada semua kerabat yang telah ikut membantu terlaksananya upacara pelet kandhung ini.

Dengan digelarnya orasol ini maka selesailah serangkaian upacara pelet kandhung ini.