Home » , , , » Mitos Gempa Bumi di Tatar Sunda

Mitos Gempa Bumi di Tatar Sunda

Anda masih ingat dengan gempa berkekuatan 7,3 skala richter di tahun 2009 lalu yang mengguncang wilayah Tasikmalaya dan dampaknya terasa hampir di seluruh wilayah Jawa Barat hingga menelan korban jiwa yang tak sedikit itu dan membuat kita semua prihatin? Banyaknya korban gempa yang terjadi pada hari Kamis, 03 September 2009 sekitar pukul 15.00 WIB itu disinyalir karena pada bulan puasa seperti ini banyak penduduk yang sedang tidur hingga bencana gempa ini yang meskipun terjadi di siang hari tetap saja membuat masyarakat yang berada di wilayah bencana gempa tak benar-benar menyadarinya.

Dan seperti yang sudah-sudah, karena konon gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang belum bisa diprediksi terjadinya maka spekulasi yang bermunculan pun selalu setelah bencana itu terjadi. Semua orang tiba-tiba menjadi ahli gempa dadakan dan berlomba-lomba mengeluarkan analisa seputar bencana yang baru terjadi ini baik itu yang ilmiah maupun yang bersifat supranatural.

Tapi, karena saya bukan ahli geologi dan sejenisnya maka pada artikel kali ini saya tidak akan membuat analisa apapun seputar gempa itu melalui kaca mata ilmiah, tapi hanya akan membahasnya melalui kaca mata budaya dan mitos yang berkembang di masyarakat khususnya masyarakat Sunda dimana tempat adanya bencana gempa bumi baru-baru ini. 

Gempa bumi atau dalam bahasa sunda disebut lini atau lindu diyakini oleh masyarakat suku Sunda disebabkan oleh sebuah batu yang ada di sebuah gunung. Konon batu ini bisa bergerak dan gerakannya itulah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Tapi meskipun begitu batu ini tidak akan bergerak sembarangan bilamana di muka bumi ini masih terdapat manusia mengingat ia sendiri tahu bahwa efek dari pergerakannya bisa membuat bencana bagi manusia yang mendiami bumi.

Namun, pada saat tertentu setan yang menyamar menjadi semut hitam mendatangi batu itu untuk melaporkan bahwa di bumi sudah tidak ada manusia lagi dan jika sang batu merasa capek karena terus-menerus berdiam diri maka dipersilahkan untuk bergerak atau menggeliat untuk sekedar melemaskan otot-otot yang kaku. Karena laporan dari semut hitam itulah maka sang batu pun akhirnya bergerak dan dengan begitu terjadilah gempa bumi atau lini tadi.

Manusia yang mendiami bumi pun kaget karena gempa bumi itu, dan mereka tahu ini semua pasti akibat dari laporan palsu dan hasutan dari setan yang menyamar menjadi semut hitam bahwa bumi sudah tak lagi di diami manusia. Maka, dengan panik manusia-manusia itu kemudian berteriak-teriak untuk memberitahu bahwa bumi ini masih dihuni oleh manusia dengan harapan sang batu yang berada di atas gunung itu mendengar dan kemudian menghentikan gerakannya.

Oleh karena itu hingga kini tiap kali di Jawa Barat terjadi gempa maka dengan serentak masyarakat pun akan berteriak; aya… aya… aya… yang artinya ada… ada… ada… untuk memberitahu bahwa bumi ini masih dihuni oleh manusia.