Kampung Islam Kepaon, Bali punya tradisi unik kala bulan puasa yaitu tradisi megibung. Megibung sendiri secara harafiah berasal dari bahasa Bali yang berarti makan bersama-sama dalam satu wadah atau tempat. Dan memang tradisi megibung adalah semacam syukuran dari penduduk Kampung Islam Kepaon di bulan Ramadhan karena penduduk setempat berhasil menyelesaikan atau menamatkan pembacaan Al-Qur’an 30 juzz.
Sebenarnya sama dengan kampung-kampung lain yang penduduknya mayoritas beragama Islam setiap Ramadhan tiba maka di masjid dan surau selalu diadakan acara tadarus Al-Qur’an yang dilaksanakan sehabis sholat tarawih. Dan memang begitu pula yang terjadi di desa Kepaon ini. Yang membedakan Kampung Kepaon dengan desa-desa lain adalah adanya syukuran yang bernama megibung setiap kali mereka menyelesaikan 30 juzz Al-Qur’an. Dan karena acara tadarus ini melibatkan banyak orang maka hanya dalam waktu 7 - 10 hari mereka dapat menamatkan Al-Qur’an. Oleh karena itu selama Ramadhan paling tidak antara 3 sampai 4 kali pula mereka melaksanakan acara megibung.
Tradisi megibung sendiri biasanya dilaksanakan setelah buka puasa. Tradisi ini diawali dengan buka bersama di masjid atau surau tempat tradisi megibung dilaksanakan yang kemudian dilanjutkan dengan sholat magrib berjamaah. Nah, setelah selesai sholat magrib inilah kemudian para jemaah dibagi dalam beberapa kelompok untuk mengelilingi sebuah baki atau nampan yang berisi nasi tumpeng beserta lauk pauknya seperti ayam panggang yang telah dicincang halus, telur dadar yang dipotong kecil-kecil, sayur, dll.
Baru kemudian setelah salah seorang pemuka agama kampung Kepaon selesai membaca doa, para hadirin yang tadi diatur dalam beberapa kelompok dan melingkar mengelilingi baki tadi dipersilahkan untuk menyantap makanan yang ada di baki tersebut.
Di sinilah kemudian uniknya tradisi megibung ini yaitu mereka yang mengikuti acara megibung menyantap makanan secara bersama-sama dalam satu baki layaknya tradisi makan di Timur Tengah.
Dan yang lebih unik lagi, karena makanan untuk megibung ini di dapat dari hasil sukarela warga dan bertujuan untuk syukuran maka siapa pun dipersilahkan untuk ikut serta makan di sana meskipun itu bukan warga Kepaon dan bahkan berbeda agama sekalipun.