05 August 2013

Tradisi Nadran Nelayan Indramayu

Nadran adalah sebuah tradisi tahunan yang rutin dilaksanakan oleh nelayan Indramayu setiap dua minggu setelah lebaran Idul Fitri. Kata nadran sendiri berasal dari kata nadzar - nadzaran - nadran yang berarti kaul atau syukuran. Syukuran nelayan Indramayu perihal diadakannya tradisi ini sendiri adalah atas rezeki melimpah yang telah diberikan Tuhan kepada mereka baik berupa keselamatan ketika berlayar di laut maupun hasil ikan yang melimpah sepanjang tahun yang lalu.

Tradisi nadran sendiri mula-mula diawali dengan diadakannya pagelaran tari-tarian dan hiburan rakyat tradisional seperti reog, jaipong, genjring, tari kerbau dan lain-lain. Semua warga nelayan indramayu yang hadir hari itu tumplek blek menikmati pesta tahunan ini hingga pesta ini menjadi begitu meriah.

Kemeriahan pun tampak di dalam ruangan khusus di mana ibu-ibu dan bapak-bapak nelayan yang dianggap kompeten menyiapkan meron yang akan dilarung keesokan harinya. Meron sendiri merupakan sebuah miniatur perahu yang didalamnya diisi dengan kepala kerbau, kulit kerbau, dan berbagai macam sesaji yang nantinya akan diangkut kedalam perahu sungguhan untuk kemudian dilarung ke tengah-tengah lautan (± 50 meter dari pantai).

Ketika meron yang telah dimuat di dalam perahu berlayar, para penduduk nelayan dengan perahunya masing-masing akan mengawal perahu yang membawa meron ini untuk kemudian ketika meron dilarung para penumpang kapal yang ikut mengawal tadi akan berbondong-bondong terjun ke laut demi memperebutkan segala sesaji dari meron yang dilarung tadi.

Berbagai sesaji yang mereka dapat dari meron yang sebelum dilarung telah dibacakan mantra-mantra yang berbaur dengan asap dupa oleh dukun diyakini penduduk bisa dijadikan jimat yang berkhasiat untuk menolak bala sekaligus mendatangkan rezeki berlimpah ketika dibawa berlayar mencari ikan.

Setelah meron dilarung, sang dukun pun yang tadi bertugas sebagai pembaca mantra akan mengambil air laut yang nantinya akan dipakai dalam upacara ruwatan pada malam berikutnya. Ruwatan sendiri adalah berupa upacara meminta keselamatan yang ditandai dengan digelarnya pertunjukan wayang kulit dengan lakon tertentu.

Air yang siang tadi diambil ketika upacara larung meron oleh dukun pun dan telah dicampur dengan air-air lainnya setelah upacara ruwatan usai akan dibagikan kepada warga sebagai ajimat agar senantiasa diberi keselamatan .

Begitu upacara ruwatan usai maka usai pulalah acara tradisi nadran ini dan para nelayan pun pulang ke rumah masing-masing untuk kembali berkutat dengan rutinitas sehari-hari mereka yang tak lepas dari jaring dan perahu.