29 April 2021

Tradisi Pukul Sapu di Maluku Bernama Ukuwala Mahiate

Setiap tanggal 7 di bulan Syawal atau seminggu setelah Idul Fitri, masyarakat Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah rutin menggelar sebuah tradisi yang bisa dikatakan ekstrim yaitu tradisi Ukuwala Mahiate yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti Pukul Sapu. Tradisi ini dinamakan Ukuwala Mahiate atau Pukul Sapu adalah karena memang akan beradu pukul menggunakan sapu di lapangan. Mungkin sekilas mirip dengan tradisi Sampyong di Majalengka, Jawa Barat yang saling baku pukul menggunakan rotan.

Bahan sapu yang digunakan dalam tradisi Ukuwala Mahiate ini sendiri adalah sapu lidi yang bahannya berasal dari ranting pohon aren yang sudah dihilangkan daunnya. Konon tradisi ini sudah ada sejak tahun 1545 Masehi yanhg pada awalnya untuk menguji khasiat dari minyak kelapa yang bernama Nyuwelain  Matehu atau Minyak Mamala yang dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti patah tulang, keseleo, dan luka-luka ringan lainnya.

Asal usul dari minyak Mamala ini sendiri konon berawal dari kisah di abad 16 di mana pada saat itu negeri Mamala dipimpin oleh 3 orang pemimpin yang bernama Uka Latu Liu, Patti Tiang Bessi, dan Imam Tuni. Imam Tuni sendiri adalah seorang pemuka agama yang berasal dari Banten dengan gelar Latu Sari.  

Tradisi itu dikenal dengan nama Ukuwala Mahiate yang berarti Pukul Sapu. Orang Maluku biasanya menyebutnya dengan nama Baku Pukul Manyapu atau beradu pukul menggunakan sapu lidi yang berasal dari batang ranting pohon aren.

Tradisi Pukul Sapu lahir sekitar abad ke-16. Kala itu Negeri Mamala dipimpin 3 pemuka masyarakat yaitu Uka Latu Liu, Patti Tiang Bessi, dan Imam Tuni sebagai pemuka agama. Ketiga pemimpin pada satu waktu bersepakat untuk membangun masjid pertama di tempat itu dan akan di beri nama Masjid Al-Muhibbin. Dari kesepakatan kitulah kemudian warga masyarakat Mamala diminta kesediaannya untuk mengumpulkan kayu-kayu panjang untuk tihang penyangga masjid.  Tapi, saat masjid mulai didirikan salah satu dari tihang penyangga itu patah. Tentu saja patahnya salah satu tihang itu membuat masjid tidak bisa didirikan.

Pada saat itulah kemudian Imam Tuni bermunajat kepada Allah untuk meminta solusi tentang patahnya tihang penyangga itu.  Dan dari hasil bermunajat kepada Allah itulah petunjuk datang. Bahwa berdasarkan mimpinya tihang penyangga itu bisa kembali tersambung dengan cara dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an sambil diolesi minyak kelapa. Minyak kelapa inilah yang kemudian dikenal dengan nama Minyak Mamala. 

Setelah prosesi dilakukan sesuai petunjuk kemudian tihang penyangga itu ditutup dengan kain putih. Dan keanehan pun kterjadi, ketika kain putih diangkat kayu tersebut kembali tersambung sempurna secara ajaib. Dari sinilah kemudian mereka yakin bahwa minyak tersebut bisa juga digunakan untuk kepentingan pengobatan kepada manusia terutama untuk luka patah tulang, keseleo dan penyakit –penyakit luar lainnya.

Untuk menguji kebenarannya kemudian ketiga pemimpin itu sepakat untuk mengujinya langsung saat itu juga. Dari sinilah kemudian tradisi Ukuwala Mahiate atau Pukul Sapu ini digelar. Tradisi ini digelar tepat pada tanggal 7 Syawal yakni tanggal dimana pekerjaan mendirikan masjid itu selesai. Kenapa tanggal ini yang dipilih adalah karena selain untuk menguji khasiat Minyak Mamala adalah juga sebagai bentuk rasa syukur atas berdirinya Masjid Al-Muhibbin.

Tradisi Ukuwala Mahiate atau Pukul Sapu ini digelar dilapangan dengan 46 pemuda yang tergabung dalam dua kelompok. Masing-masing dari pemuda itu akan mengenakan celana pendek dan ikat kepala berwarna merah dan putih sambil bertelanjang dada.  Tradisi ini terbagi dalam tiga sesi yakni untuk sesi pertama dan kedua mereka akan secara bergiliran saling mencambuk kelompok lawannya. Dan di sesi terakhir mereka bebas untuk memilih lawannya.

Dan disinilah peran Minyak Mamala ini. Mereka akan mengobati luka bilur di badan akibat terkena cambukan lawannya itu dengan Minyak Mamala. Mereka percaya bahwa dengan diolesi minyak tersebut luka-luka mereka akan segera sembuh dengan sendirinya.


***

Sumber photo dari: mollucastimes.com dan kemdikbud.go.id