10 May 2021

Iki Palek; Ritual Potong Jari Suku Dani

Di beberapa daerah di Indonesia, banyak sekali ritual-ritual tradisi untuk mengekspresikan kedukaan karena orang-orang tercinta meninggal dunia. Mulai dari ritual-ritual biasa, begitu megah hingga yang ekstrim seperti ritual Iki Palek yang biasa dilakukan oleh Suku Dani. Iki Palek sendiri merupakan ritual potong jari masyarakat Suku Dani ketika ada anggota keluarga mereka yang meninggal dunia.

Kebersamaan dan keterikatan antar anggota keluarga bagi Suku Dani merupakan hal yang sangat berharga dan penting. Oleh karena itu ketika ada anggota keluarga mereka yang meninggal, sebagai bentuk kehilangan mereka akan memotong ruas jari mereka. Adapun ritual Iki Palek atau Potong Jari ini sendirilebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan di sana, meski tak jarang kaum lelaki juga ada yang ikut melakukannya.

Oleh karena itu, kita bisa mengetahui seberapa banyak keluarga yang sudah meninggal hanya dari melihat banyaknya jari yang terpotong dari perempuan Suku Dani. Bagi Suku Dani ketika ditinggalkan oleh orang-orang tercinta, menangis untuk mengekspresikan kesedihan tidaklah cukup. Rasa sakit dari memotong ruas jari merupakan bentuk terdalam perwakilah hati atas kehilangan orang tersayang.

Selain itu, jari juga merupakan lambang dari persatuan, kekuatan dan juga merupakan lambang kelengkapan sebuah anggota keluarga. Jadi ketika salah satu dari keluarga itu meninggal dunia maka itu artinya kekuatan dan kebersamaan mereka sebagai sebuah keluarga akan berkurang juga.

Benda yang biasa digunakan oleh Suku Dani untuk memotong jarimereka dalam ritual Iki Palek ini paling sering adalah menggunakan kapak atau pisau. Untuk mengurangi rasa sakit, sebelum prosesi potong jari biasanya jari mereka akan diikat dengan tali hingga beberapa waktu sampai aliran darah tak mengalir ke jari yang akan dipotong tersebut. Setelah itu barulah pemotongan jari dilakukan.

Selain menggunakan kapak atau pisau, Suku Dani juga biasanya menggunakan gigi mereka. Mereka akan menggigit jarinya hingga putus. Jangan bayangkan rasa sakitnya. Karena menurut mereka sakitnya sepadan dengan rasa sakit akibat ditinggalkan orang-orang tersayang.   


***

Sumber photo: dari Berita Papua dan Facebook