15 November 2023

Sunda Wiwitan: Menyelusuri Kepercayaan Asli Masyarakat Sunda

Dalam keragaman kepercayaan di Nusantara, Sunda Wiwitan mencuat sebagai warisan spiritual yang mendalam dari masyarakat Sunda. Keyakinan ini diyakini sebagai ajaran asli sebelum datangnya agama-agama besar seperti Hindu, Buddha, dan Islam. Sunda Wiwitan hadir sebagai salah satu dari ratusan kepercayaan asli Nusantara, menggambarkan karakter religius yang kaya di Indonesia.


Sunda Wiwitan: Akar Kepercayaan Asli Sunda

Sunda Wiwitan, yang terkandung dalam kitab Sanghyang Siksakanda ng karesian, muncul sebagai ajaran keagamaan dan tuntunan moral dari zaman kerajaan Sunda. Kepercayaan ini bersifat monoteis dan memiliki ciri khas ke-Tuhan-an yang mencerminkan kehidupan spiritual masyarakat Sunda.


Pertemuan dengan Kepercayaan Kanekes

Orang Kanekes, salah satu komunitas penganut Sunda Wiwitan, menunjukkan bahwa mereka bukanlah penganut Hindu atau Buddha. Kepercayaan mereka lebih terfokus pada pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Meskipun pengaruh Hindu dan Islam memasuki kepercayaan ini, Sunda Wiwitan tetap mempertahankan identitasnya sebagai "Jatisunda" atau kepercayaan asli masyarakat Sunda.


Bukti Peninggalan Kepercayaan

Bukti sejarah dan prasejarah menggambarkan keberadaan kepercayaan asli Sunda. Artefak peninggalan, naskah kuno, dan simbol-simbol menjadi jejak yang menunjukkan ke-religius-an orang Sunda sejak zaman prasejarah. Nama-nama seperti "Hiang atau Hyang, Hyang Tunggal, Batara Tunggal, Nu Ngersakeun, Gusti Pangeran Sikang sawiji-wiji" menjadi bukti akan sistem kepercayaan mereka.


Suku Baduy: Pemelihara Nilai-Nilai Tradisional

Salah satu komunitas yang masih memegang erat kepercayaan Sunda Wiwitan adalah Suku Baduy. Dengan tempat tinggal di desa Kanekes, Lebak, Banten, Suku Baduy memisahkan diri dari modernisasi dan menjaga nilai-nilai serta sistem kehidupan masyarakat Sunda tradisional. Mereka tetap setia pada kepercayaan mereka meskipun tidak mengenal pendidikan formal.


Sunda Wiwitan di Cigugur

Di Cigugur, Kuningan, Sunda Wiwitan berkembang melalui ajaran Pangeran Madrais. Dikenal sebagai Agama Jawa-Sunda, Adat Karuhun Urang (AKUR), atau agama Cigugur, komunitas penganut Sunda Wiwitan di sini mengadakan upacara adat Seren Taun setiap tahunnya sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah pangan yang mereka terima.


Kesimpulan

Sunda Wiwitan, sebagai kepercayaan asli masyarakat Sunda, tetap menjadi bagian hidup mereka di tengah arus perkembangan zaman. Dengan nilai-nilai yang terpatri dalam kehidupan sehari-hari, penganut Sunda Wiwitan mempertahankan warisan spiritual mereka sebagai bentuk keberagaman kepercayaan di Indonesia.