30 November 2023

Tradisi Ganti Welit dan Jejak Sejarah Trusmi Cirebon

Cirebon, kota yang kaya akan sejarah dan tradisi, menyimpan keunikan dalam upacara adatnya yang disebut "Ganti Welit." Upacara ini terjadi setiap tahun di Makam Kramat Trusmi, menandai penggantian atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang terbuat dari anyaman daun kelapa, yang dikenal sebagai Welit. Acara ini tidak hanya sebagai ritual biasa, tetapi juga menyimpan jejak sejarah panjang di baliknya.

Mbah Buyut Trusmi: Pemimpin Agama dan Pembawa Perubahan

Mbah Buyut Trusmi, putra Raja Pajajaran Prabu Siliwangi, memiliki peran sentral dalam membawa ajaran agama Islam ke daerah Trusmi. Selain itu, ia juga membantu memperbaiki lingkungan kehidupan masyarakat dengan mengajarkan cara bercocok tanam. Pergeseran lingkungan ini menciptakan fondasi bagi kehidupan masyarakat Trusmi yang lebih baik.


Keunikan Nama "Trusmi" dan Kisah Bung Cikal

Asal usul nama "Trusmi" memiliki cerita menarik. Bung Cikal, putra Pangeran Carbon Girang yang diangkat anak oleh Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan diasuh oleh Mbah Buyut Trusmi, memiliki kesaktian sejak kecil. Keunikan terletak pada kebiasaannya merusak tanaman yang ditanam oleh Mbah Buyut Trusmi. Namun, tanaman yang dirusaknya justru tumbuh dan bersemi kembali, menginspirasi nama "Trusmi," yang bermakna terus bersemi.


Meninggalnya Bung Cikal dan Harapan akan Ratu Adil

Bung Cikal meninggal di usia remaja dan dimakamkan di puncak Gunung Ciremai. Legenda menyebutkan bahwa pada akhir zaman akan lahir Ratu Adil sebagai titisan dari Pangeran Bung Cikal. Kepercayaan ini menjadi bagian dari warisan budaya yang dijaga oleh masyarakat Trusmi.


Kelangsungan Tradisi dan Pemeliharaan Situs Ki Buyut Trusmi

Setelah Mbah Buyut Trusmi wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh Ki Gede Trusmi, orang yang ditaklukkan oleh Mbah Buyut Trusmi. Desa Trusmi kemudian dimekarkan menjadi Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon. Situs Ki Buyut Trusmi, sebagai peninggalan bersejarah, terdiri dari berbagai bangunan penting seperti Pendopo, Pekuncen, Mesjid Kuno, Witana, Pekulaha/Kolam, Jinem, Makam Buyut Trusmi, dan Pemakaman Umum.


Tradisi yang Tetap Dilestarikan

Meskipun zaman terus berubah, masyarakat Trusmi tetap memelihara tradisi mereka dengan bangga. Beberapa acara tradisional yang masih dijaga hingga sekarang termasuk Arak-arakan, Memayu, Ganti Welit, dan Trusmian atau Selawean yang memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.


Menjaga Warisan Budaya dan Spiritualitas

Keberlanjutan tradisi Ganti Welit dan perayaan lainnya bukan hanya tentang mempertahankan akar budaya, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap leluhur yang telah menciptakan fondasi bagi kehidupan masyarakat Trusmi. Pemeliharaan situs Ki Buyut Trusmi oleh keturunan Ki Gede Trusmi menjadi wujud nyata dari dedikasi mereka terhadap warisan sejarah dan spiritualitas.

Dalam kesederhanaan Ganti Welit, kita bisa melihat kebesaran dan kekayaan budaya yang dijaga dengan penuh cinta oleh masyarakat Trusmi. Sebuah perayaan yang membawa kita melintasi jejak sejarah, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghormati warisan nenek moyang. Semoga tradisi ini terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.