16 December 2023

Tari Baluse: Warisan Kegagahan dan Semangat Perdamaian Nias

Pada zaman dahulu kala, Indonesia menyimpan berbagai cerita peperangan yang terjadi antar suku dan dalam perlawanan melawan penjajah. Di Nias Selatan, masyarakat adat mengembangkan sebuah tradisi yang disebut Tari Baluse, sebuah tarian perang yang membangkitkan semangat prajurit sebelum berangkat ke medan perang. Namun, seperti banyak tradisi di Indonesia, Tari Baluse mengalami transformasi seiring berjalannya waktu dan kini menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Nias.

Asal-usul Tari Baluse

Tari Baluse muncul di kalangan masyarakat adat Nias Selatan pada zaman dahulu kala. Tujuan utama dari tarian ini adalah meningkatkan semangat prajurit sebelum mereka berangkat ke medan perang. Melalui gerakannya yang gagah dan kuat, Tari Baluse menjadi simbol kegagahan prajurit yang siap berperang. Tarian ini seringkali digunakan dalam persiapan perang antar suku di wilayah Nias, di mana laki-laki dari suku yang bersangkutan dilatih menjadi prajurit.


Nama-nama dan Simbolisme

Tari Baluse memiliki beberapa nama lain, seperti tari Fataele dan tari Maluaya. Kata "Baluse" sendiri berasal dari bahasa setempat yang berarti "perisai," merepresentasikan perisai panjang yang hampir menutupi seluruh tubuh penari. Gerakan dalam tarian ini mencerminkan teknik perang, termasuk cara menyerang, menangkis, dan bertahan.


Gerakan yang Kuat

Tari Baluse dilakukan oleh sekelompok pria, minimal 12 orang, di bawah komando seorang pemimpin. Gerakan awal terdiri dari formasi panjang berjajar, di mana penari melakukan gerakan kaki maju mundur dengan dihentakkan ke tanah, diiringi dengan gerakan tangan yang mengikuti pola gerakan kaki. Selanjutnya, formasi berubah menjadi lingkaran, di mana penari memeragakan gerakan perang bergantian, menyerang dengan tombak dan menangkis dengan perisai (Baluse).


Aksesoris yang Membangkitkan Jiwa Perang

Penari Baluse dilengkapi dengan beberapa aksesoris yang memperkuat makna tarian. Toho, tombak dengan panjang 2 meter, melambangkan senjata perang. Pedang Tologu juga digunakan sebagai senjata dalam pertunjukan. Mahkota atau topi perang menjadi pelengkap penampilan, sementara Baluse atau perisai panjang menjadi simbol utama untuk menangkis senjata musuh.


Tari Baluse Masa Kini

Seiring berkembangnya waktu dan adopsi agama di Nias, perang antar suku tidak lagi terjadi, dan masyarakat hidup damai. Meskipun begitu, Tari Baluse tetap hidup dalam bentuk baru. Kini, tarian ini tampil dalam upacara penyambutan tamu penting atau sebagai bagian dari hiburan untuk wisatawan. Transformasi Tari Baluse menjadi harta budaya yang tidak hanya mengingatkan pada masa lalu yang penuh perjuangan, tetapi juga merayakan semangat perdamaian yang telah ditemukan oleh masyarakat Nias. Tari Baluse bukan hanya warisan kegagahan, tetapi juga simbol keharmonisan di tanah Nias Selatan.