Meski belum sepopuler batik Jogja atau Solo, batik Trusmi bukan berarti
mutunya dibawah batik-batik asal Jogja atau solo tadi. Corak batik yang
banyak didominasi oleh ragam mega mendung ini tak lepas dari hasil
asimilasi antara berbagai budaya yang antara lain Islam, dan china pada
abad ke 20. Cirebon yang pada masa lampau mempunyai pelabuhan yang cukup
ramai menyedot para pendatang terutama dari China dan Gujarat untuk
menetap dan berdagang di kota ini. Dari pembauran budaya inilah corak
batik Trusmi banyak dipengaruhi.
Di cirebon batik Trusmi sendiri
di bagi menjadi dua motif besar, yaitu Batik motif pesisiran yang
dipengaruhi Cina dan motif keraton yang banyak dipengaruhi Hindu dan
Islam. Batik pesisir, motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan
fauna, seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun-daunan.
Sedang batik keraton motifnya cenderung berupa ornamen berupa
batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan ayam
alas. Maka jangan heran jika corak batik Trusmi banyak menampilkan
motif binatang khayal macam Paksi Naga Liman yaitu binatang yang
berkepala naga (China) berbelalai gajah (Hindu) dan berbadan burung
(Islam).
BACA JUGA:
Sintren, Budaya Masyarakat Pesisir
Cerita Babad Cirebon Versi Naskah Klayan
Ajian Kemat Jaran Guyang
Kegiatan membatik di Trusmi sendiri tak lepas dari
peranan Ki Gede Trusmi, sang sesepuh desa Trusmi yang juga menjadi salah
satu pengikut setia Sunan Gunung jati pada sekitar abad ke 20 yang
mengajari masyarakat sekitar seni membatik kain sembari mengajarkan
agama islam. Sampai sekarang makam Ki Gede trusmi masih terawatt dengan
baik, malahan setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara
Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.
Jika
anda berniat untuk belanja btik atau sekedar melihat-lihat proses
pembuatannya silahkan datang ke kota Plered, Cirebon. wilayah Trusmi
mulai dari Jln. Panembahan dan Jln. Buyut Trusmi, sebuah daerah yang
menjadi sentra pengrajin batik.