Berdasarkan kepercayaan Suku Dayak Kenyah, leluhur mereka datang dari langit dan turun ke bumi dalam wujud burung enggang. Maka tak heran kalau Tari Burung Enggang wajib digelar untuk menghormati leluhurnya. Tak hanya itu, simbol-simbol yang berkaitan dengan burung enggang sendiri memiliki peranan yang sangat penting di Suku Dayak Kenyah. Baik dalam bentuk ukuran kayu, lukisan maupun bagian tertentu dari burung enggang seperti bulunya sebagai aksesoris penunjang saat upacara adat atau aksesoris tarian-tariannya.
Disamping makna di atas, Tari Burung Enggang dapat juga dimaknai sebagai simbol perpindahan masyarakat Suku Dayak Kenyah dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal itu karena tradisi masyarakat Suku Dayak Kenyah pada jaman dahulu adalah suka berpindah-pindah tempat untuk mencari penghidupan atau untuk menghindari peperangan antar suku.
Tarian ini sendiri hanya dibawakan oleh kaum perempuan sebagai representasi keanggunan dari burung enggang ketika berjalan. Pola dari Tari Burung Enggang adalah pola lantai melengkung di mana posisi penari saat menari membentuk pola lengkung. Ada tiga gerakan dasar dalam Tari Burung Enggang, yaitu:
1. Nganjat
Gerakan Nganjat adalah gerakan utama dalam tarian ini, di mana gerakannya sekilas seperti gerakan burung enggang ketika mengepakkan dan menguncupkan sayapnya. Gerakan ini terlihat sangat anggun dan begitu gemulai.
2. Ngasai
Gerakan Ngasai merepresentasikan burung enggang ketika terbang di udara. Gerakan ini lebih terlihat liukannya. Tetap anggun namun ada kesan gagah.
3. Purak Barik
Gerak Purak Barik merupakan gerak transisi dari satu tempat ke tempat berikutnya yang dilakukan oleh para penari.
Kostum, Aksesoris dan Alat Musik Tari Burung Enggang
Aksesoris dan kostum yang digunakan penari adalah baju adat Suku Dayak Kenyah lengkap dengan manik-maniknya. Aksesoris yang dikenakan para penari adalah bulu-bulu burung enggang yang disematkan di kepala dan tangannya. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah antara lain seperti sampe, gendang dan gong.