Home » , , , , » Adat Pernikahan di Lampung Melinting

Adat Pernikahan di Lampung Melinting

Secara geografis wilayah masyarakat Lampung Melinting terdapat di Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Berbeda dengan adat dan tradisi pada dua kelompok besar adat di Lampung yakni Pepadun dan Saibatin, adat dan tradisi di Lampung Melinting ini begitu kontras. Dan salah satu yang menjadi pembeda begitu nyata adalah pada adat dan ritual pernikahan Lampung Melinting.

Dalam adat pernikahan Lampung Melinting terbagi dalam tiga istilah yang masing-masing memiliki kekhasannya sendiri terutama pada proses menjelang pernikahan terjadi, meskipun dalam prosesi pernikahannya sendiri nyaris sama. Prosesi pernikahan di Lampung Melinting mengenal tiga istilah yang masing-masing memiliki makna menjelang prosesi pernikahan terlaksana. Ketiga istilah itu adalah esukum (bumbang aji), ngakuk majau (sebumbangan), dan ngibal serbou (mupakat tuha).

  • Mesukum (Bumbang Aji)
  • Istilah mesukum sendiri adalah untuk jenis pernikahan yang diawali dengan dibawanya si anak gadis ke rumah keluarga pria untuk kemudian ditanya kesediaannya menikah dengan pria yang telah membawanya ke rumah tersebut. Jika si gadis menyatakan siap menikah maka si gadis pun akan diantar kembali ke keluarganya untuk kemudian dilanjutkan dengan prosesi pertunangan antar keduanya.

  • Ngakuk Majau (Sebumbangan)
  • Ngakuk majau adalah istilah untuk pernikahan yang diawali dengan dibawanya si gadis ke rumah pria secara diam-diam untuk kemudian setelah si gadis ada rumah keluarga pria maka keluarga pria pun akan datang menghadap ke keluarga si gadis untuk menyampaikan maksudnya menikahkan anak gadis mereka dengan anaknya. Jika ditilik secara garis besar, ngakuk majau ini hampir sama dengan budaya belarian di Muara Enim, Sumatera Selatan. Dan karena pernikahan ini atas kehendak keluarga si pria maka prosesi pernikahan biasanya hanya berlangsung di kediaman si pria.

  • Ngibal Serbou (Mupakat Tuha)
  • Ngibal serbou sendiri adalah pernikahan yang didasari atas kesepakatan dua keluarga yang sudah saling mengenal satu sama lain. Biasanya sebelum melangsungkan pernikahan, calon mempelai sudah melakukan pertunangan terlebih dahulu. Prosesi pernikahan didahului dengan datangnya keluarga calon mempelai pria ke kediaman calon mempelai wanita sambil membawa kelengkapan adat (kanago) tertentu. 


Selain prosesi awal di atas, pada saat pernikahan berlangsung nyaris sama saja, kalaupun ada perbedaan biasanya hanya pada detil-detil tertentu saja. Menjelang atau setelah akad nikah kedua mempelai akan menggelar prosesi mengkhatamkan Al-Qur'an yang disebut ngarakbetamat. Prosesi berikutnya adalah sabaian yakni sebuah prosesi saling bersalamannya kedua belah pihak yang menyimbolkan saling memaafkannya kedua keluarga atas apa yang membuat tidak berkenan. Ritual lainnya adalah pemberian gelar kepada kedua mempelai yakni gelar Adok untuk mempelai pria dan Inai untuk mempelai wanita. Dan prosesi terakhir adalah ritual musek, yakni ritual dimana para tetua dari keluarga kedua mempelai menyuapkan makanan kepada kedua mempelai.   

BACA JUGA:

Kekhasan lainnya dari adat pernikahan di Lampung Melinting adalah busana yang dikenakan oleh kedua mempelai. Mempelai pria memakai celana pantalon berwarna putih, kemeja warna senada, kain tumpal, kekat akin, kerembung, punduk (keris), dan selop. Sementara untuk mempelai wanita akan memakai busana berupa kain tapis cekil, baju kurung dari bahan brokat putih, selendang jungsarat, selapai, bulu serti, dan selop. Adapun aksesoris yang digunakan mempelai wanita adalah siger yaitu mahkota bercabang lima yang di tiap cabangnya memiliki rumbai yang menutupi wajah mempelai wanita. Sementara untuk mempelai pria kopiah emas sebagai penghormatan. Selain dua aksesoris tersebut, pasangan pengantin Melinting menggunakan kalung buturan, kalung papan jajar, gelang burung, dan gelang kano. 


***

Sumber gambar: indonesiakaya.com dan berbagiruang.com