Pada saat itu tahun 1942 pemerintah kolonial Jepang melalui Kepala Pemerintahan Umumnya yang bernama Kolonel Matsubara menginginkan sebuah tarian yang dipadu dengan iringan lagu untuk menyambut tamu penting yang datang. Dan sejak saat itulah mulai dirancang gerak tari dan komposisi musiknya. Dalam proses pembuatannya, Tari Gending Sriwijaya ini sempat terhenti beberapa saat untuk kemudian dilanjutkan kembali setelah ikut bergabungnya seorang komponis asal Palembang yang bernama Achmad Dahlan Mahibat. Dalam proses pembuatan syairnya, setelah syair Tari Gending Sriwijaya ini selesai diciptakan oleh Achmad Dahlan Mahibat, syair tersebut kemudian disempurnakan oleh komponis asal Palembang lainnya yang bernama Nungtjik A.R. Untuk gerak tarinya sendiri, tarian ini diciptakan oleh penari yang bernama Miss Tina dan dibantu oleh penari lainnya yang bernama Sukainah A. Rozak.
Tari Gending Sriwijaya ini sendiri baik gerak tari maupun syairnya merupakan gambaran sikap dari orang Palembang yang memiliki rendah hati, suka menolong sesama, mandiri dan pekerja keras. Adapun iringan alat musik yang digunakan adalah seperangkat gamelan khas Sumatera Selatan dipadu dengan suara vokal yang bernada gembira dan penuh rasa syukur. Judul lagu pengiring Tari Gending Sriwijaya ini adalah lagu Gending Sriwijaya yang mengandung makna rasa rindu dengan zaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang sangat termashyur dan pernah menjadi pusat pemerintahan agama Buddha.
Properti, Busana dan Gerak Tari Gending Sriwijaya
Properti yang digunakan dalam Tari Gending Sriwijaya ini sendiri adalah Tepak yang berisi kapur, sirih dan pinang, payung agung dan tombak. Payung agung sendiri digunakan untuk memayungi penari utama yang mengantarkan tepak berisi kapur srih dan pinang ke para tamu. Sementara tombak dipegang oleh penjaga yang berjumlah dua orang.
***
Sumber foto: indonesiakaya.com