25 April 2022

Tradisi Tedak Siten, Doa Orang Tua Jawa untuk Anaknya

Tradisi Tedak Siten adalah tradisi dan adat dari Suku Jawa yang dalam pelaksanaannya sarat akan makna yang menggambarkan tentang doa dan harapan orang tua untuk anaknya juga bentuk rasa syukur karena dikaruniai keturunan oleh Tuhan.

Simbol-simbol yang terdapat dalam upacara adat Tedak Siten ini banyak menggambarkan tentang perjalanan anak kelak ketika dewasa. Sementara jika diartikan dalam bahasa Indonesia maka Tedak Siten terbagi atas dua kata yakni "tedak" yang artinya menginjak atau melangkah dan "siten" yang berarti bumi. Dengan kata lain, melalui upacara adat Tedak Siten ini adalah sebentuk dorongan dan doa restu dari orang tua untuk anaknya dalam memulai melangkahi kehidupan.

Upacara adat Tedak Siten sendiri dilaksanakan oleh orang jawa pada saat anak berusia kurang lebih 8 bulan atau 245 hari. Atau kalau dalam istilah orang Jawa adalah ketika anak menginjak 7 selapan. Untuk 1 selapan sendiri berarti 35 hari yang artinya 7 selapan adalah ketika bayi berumur 35 hari x 7 = 245 hari. Di usia ini biasanya kaki bayi sudah mulai keras dan siap untuk belajar berjalan.    

Adat Tedak Siten disamping dilaksanakan ketika usia bayi menginjak usia tertentu juga harus dilaksanakan pada pagi hari dan biasanya bertempat di halaman rumah yang sudah didekorasi sedemikian rupa dan tersedianya sesajen atau sesuguh sebagai bentuk permohonan doa kepada Tuhan agar upacara adat Tedak Siten berjalan lancar.

Adapun untuk peralatan atau perlengkapan dalam upacara adat Tedak Siten ini sendiri adalah antara lain; kurungan dari bambu yang sudah didekorasi, makanan tradisional jenang warna-warni yang terbuat dari beras ketan, tangga dan kursi yang terbuah dari batang pohon tebu, ayam panggang, berbagai jenis buah-buahan, jajanan pasar, mainan, bubur ketan 7 warna, tumpeng robyong, uang kertas atau receh dan air gege yakni air yang diembunkan semalaman di tempat terbuka.

Untuk tahapan pelaksanaan upacaranya sendiri adalah sebagai berikut:

1. Berjalan di atas jenang tujuh warna

Pada ritual awal anak akan dipandu untuk berjalan di atas 7 warna jenang yang terdiri dari warna merah, putih, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Ritual ini melambangkan bahwa sang anak ketika dewasa nanti diharapkan mampu mengatasi segala persoalan hidup.

2. menginjak Tangga Tebu

Prosesi berikutnya adalah sang anak dipandu untuk menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu untuk kemudian ketika sudah sampai di puncak dipandu untuk turun kembali. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu. Ritual ini menjadi semacam pengharapan orang tua agar anaknya kelak gagah berani untuk mengarungi kehidupan.    

3. Ceker-ceker pasir

Selanjutnya sang anak akan diletakkan di atas pasir dan dibiarkan untuk menceker-ceker (seperti ayam) yang bermakna agar si anak ketika besar nanti selalu bersemangat untuk bekerja dan mencari penghidupan.

4. Dimasukkan ke Kurungan Ayam

Prosesi selanjutnya dari adat Tedak Siten ini adalah sang anak dimasukkan ke kurungan ayam yang sudah didekorasi sedemikian indah dan didalamnya diletakkan berbagai barang yang menyimbolkan kehidupan seperti buku tulis, mainan, perhiasan, beras, kapas dan barang-barang bermanfaat lainnya. Di sini sang anak dibiarkan memilih barang yang disukainya dan barang tersebut merupakan simbol pekerjaan yang akan dia pilih ketika besar nanti. Semua simbol pekerjaan ada di kurungan menjadi semacam penuntun bagi bayi dalam memilih pekerjaan nanti. Sementara kandang ayam tersebut memiliki makna bahwa ketika anak telah memasuki kehidupan, dia harus dijaga oleh hal-hal baik.  

5. Menyebarkan uang dan bunga atau udik-udik

Pada tahap ini ayah dan kakek dari sang bayi akan menabur dan menyebarkan uang bercampur bunga yang istilahnya dinamakan udik-udik. Simbol atau pengharapan dari kegiatan ini adalah agar si anak ketika dewasa kelak selalu dimudahkan dalam mencari nafkah. 

6. Mandi dengan air bunga sritaman

Di sini sang anak akan dimandikan dan dibersihkan dengan air yang sudah ditaburi dengan bunga sritaman yang terdiri dari bunga mawar, melati, magnolia dan kenanga. Dengan mandi bunga ini diharapkan sang anak kelak akan memiliki kehormatan dan derajat tinggi hingga bisa menjadi kebanggaan keluarganya.

7. Memakai baju baru

Dan ritual Tedak Siten akan ditutup dengan dipakaikannya sang anak dengan baju baru yang bagus dan rapi. Ini semacam pengharapan dari orang tua kepada anak bahwa ketika besar nanti diharapkan memiliki kehidupan yang baik dan sejahtera.

Demikianlah tahapan-tahapan dari upacara adat Tedak Siten ini. Semuanya sarat akan makna, harapan dan doa baik yang menjadi bekal untuk sang anak melangkahi kehidupannya.


***

Sumber foto: adira.co.id, jualo.com dan wikipedia.org