13 May 2022

Bentuk dan Fungsi Rumah Hanoi Suku Dani Papua

Rumah Hanoi sebagai rumah adat dari Suku Dani yang tinggal di daerah Lembah Baliem Pegunungan Jayawijaya Papua mungkin tak asing lagi bagi ingatan kita karena nama rumah ini memang kerap disebut dalam pelajaran sekolah sejak kita masih duduk di Sekolah Dasar. Dan memang, meski di Papua memiliki beberapa rumah adat seperti rumah adat igkojei milik Suku Arfak, rumsram milik Suku Biak, Kariwari milik Suku Tobati, xaim milik Suku Korowai dan rumah-rumah adat lainnya, rumah Adat Hanoi ini adalah yang paling familiar terutama di ingatan orang-orang dari luar Papua.

Bentuk dari rumah Hanoi sendiri adalah bulat melingkar menyerupai bentuk jamur raksasa dengan atap berbahan tumpukan jerami dan dinding yang terbuat dari kayu yang disusun sedemikian rupa. Atap dari rumah Hanoi ini nyaris menutupi setengah dinding rumah untuk membuat dalam rumah tetap hangat. Untuk ukuran sebuah rumah, rumah Hanoi terbilang sempit yakni hanya berukuran sekitar 5 meter kubik dan dibagi menjadi dua tingkat. Tidak ada sekat dalam rumah ini dan hanya dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya yakni bagian bawah rumah untuk menjamu tamu sekaligus menyimpan berbagai keperluan seperti hasil bumi, jerami, peralatan berburu dan lainnya sementara pada bagian atas untuk tidur pemilik rumah.

Di bagian tengah ruangan terdapat perapian yang berfungsi untuk menghangatkan diri dan tempat berkumpul jika ada tamu yang berkunjung. Perlu diketahui bahwa rumah Hanoi yang kita bicarakan di sini adalah rumah yang hanya khusus untuk ditinggali oleh kaum laki-laki saja dan sangat terlarang untuk dimasuki apalagi ditinggali oleh kaum perempuan. Untuk kaum perempuan ada rumah tersendiri yang disebut dengan rumah ebai yang memang letaknya di sebelah kiri rumah Hanoi.

Di beberapa Desa di Suku Dani rumah Hanoi juga difungsikan untuk mengasapi mayat yang akan di mumifikasi. Tentu mayat yang dimumifikasi di sini adalah mayat orang-orang tertentu saja seperti mayat Kepala Suku dan mayat orang penting lainnya di desa tersebut. Adapun tempat mumi paling terkenal di Suku Dani ada di Desa Aikima dan Desa Kerulu.


Rumah Ebai

Seperti yang sudah disinggung di atas, kalau rumah Hanoi hanya dihuni oleh kaum laki-laki maka untuk kaum perempuan ada rumah tersendiri yang letaknya ada di sebelah kiri rumah Hanoi. Secara bahasa Ebai berasal dari kata be’ yang berarti tubuh dan ai berarti perempuan. Bentuk dari rumah Ebai sendiri hampir sama dengan rumah Hanoi hanya saja ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Di rumah Ebai inilah kaum perempuan melakukan aktifitasnya seperti merawat anak, melayani suami, memasak dan menerima pengajaran-pengajaran tentang hidup.

Meskipun jaraknya berdekatan dengan rumah Hanoi, untuk rumah Ebai ini letak pintunya tidak boleh sejajar dengan letak pintu rumah Hanoi. Hal ini untuk membedakan antara rumah Hanoi dengan rumah Ebai terutama bagi kaum laki-laki yang akan berkunjung ke Rumah Hanoi.


Rumah Wamai

Disamping rumah Hanoi untuk kaum laki-laki dan rumah Ebai untuk kaum perempuan, ada satu rumah lagi yang letaknya agak jauh dari kedua rumah ini meskipun masih dalam satu komplek yang sama. Fungsi dari rumah Wamai ini sendiri adalah untuk kandang hewan ternak dan hewan piaraan.

Hewan ternak yang biasa ada di rumah Wamai ini biasanya adalah babi, meskipun ada juga hewan ternak lainnya seperti kambing dan ayam. Untuk hewan piaraan biasanya adalah anjing. Kenapa lebih banyak untuk kandang babi karena memang di kalangan Suku Dani hewan babi adalah hewan penting dan bernilai bagi mereka. Bahkan kata wamai untuk nama rumah ini sendiri merujuk pada asal kata wam yang artinya adalah babi.

Bentuk dari rumah Wamai nyaris sama dengan rumah Hanoi atau Ebai hanya saja ukurannya lebih fleksibel tergantung jumlah hewan ternak atau hewan piaraan yang ada di dalamnya. 

***

Sumber gambar dan referensi: gasbanter.com