12 May 2022

Mengenal Batik Warna Alam Ciwaringin Cirebon

Khasanah perbatikan Cirebon semakin kaya dengan kehadiran Batik Kebon Gedang, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Selama ini pecinta batik mengenal Batik Cirebon hanyalah batik yang diproduksi oleh perajin dari Desa Trusmi. Kalaupun dalam bentangan sejarah perbatikan Cirebon sempat dicatat nama sentra perbatikan di Plumbon (Marikangen), Kalitengah dan Kenduruan, nama Batik Ciwaringin tampaknya belum terekam jejaknya oleh para peneliti dan peminat batik sebelumnya. Padahal, perbatikan di Ciwaringin sudah tumbuh sejalan dengan revitalisasi Batik Trusmi. Indikasinya adalah ketika Koperasi Batik Budhi Tresna di Trusmi sebagai wadah ekonomi perajin Batik Trusmi didirikan pada decade 1950-an, beberapa perajin batik dari Ciwaringin sudah ada yang menjadi anggota koperasi tersebut.

Dugaan kuat bahwa perbatikan Ciwaringin sudah tumbuh semenjak era pengelolaan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin. Menurut penuturan Afini Jaelani (70 tahun), salah seorang tokoh perbatikan Ciwaringin yang hingga kini masih eksis, bahwa pada mulanya perbatikan di Ciwaringin sudah ada sejak zaman Ki Madamin, mertua Kiai Amin Sepuh (PP Raudlotul Tholibin). Diceritakan bahwa pada mulanya membatik merupakan aktivitas di pesantren. Para pembatiknya diantaranya adalah orang-orang dari Blok Kebon Gedang Desa Ciwaringin. Akan tetapi karena perkembangan pondok pesantren yang semakin pesat dan banyak santrinya, maka kegiatan membatik di pondok kemudian diserahkan kepada para perajin di Kebon Gedang.

Kegiatan membatik kemudian tumbuh di Blok Kebon Gedang, Desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Estetika dan teknik membatik yang dikembangkan memang lebih dekat dengan batik dari daerah Lasem, Jawa Timur. Hal ini konon disebabkan karena ilmu membatik diperoleh dari keahlian dan pengetahuan santri yang nyantri di Lasem. Oleh karena itu, pada mulanya Batik Ciwaringin tidak bersentuhan langsung dengan estetika perbatikan di Trusmi atau Pekalongan. Batik Ciwaringin berkembang dengan karakteristik sebagai batik “Pedalaman” untuk membedakan dengan “Batik Keraton” dan “Batik Pesisiran”. Jika di Trusmi berkembang Batik Keratonan Cirebon dan Pesisiran Cirebon, maka di Ciwaringin berkembang Batik Pedalaman. Dengan demikian, kehadiran Batik Ciwaringin semakin memperkaya khasanah Batik Cirebon. Perbatikan Cirebon kini tidak hanya memiliki tradisi Batik Keraton dan Batik Pesisiran, akan tetapi juga memiliki khasanah Batik Pedalaman.


Batik Ciwaringin Sebagai Motif Batik Pedalaman

Pada perkembangan selanjutnya semakin jelas bahwa selembar kain Batik Ciwaringin dapat dilihat dari berbagai sudut pandang: budaya, ekonomi, sosial dan tentu saja seni. Batik, termasuk di dalamnya Batik Ciwaringin sebagai kekayan budaya asli Nusantara yang telah diakui UNESCO dalam perjalanan sejarah kebudayaan manusia Indonesia memang terus tumbuh dan berkembang. Batik Ciwaringin Cirebon pun kini memiliki tempat tersendiri dalam khasanah batik Nusantara.

Batik Ciwaringin sebagai seni kerajinan tradisional merupakan ekspresi kultural dari kreativitas individual dan kolektif masyarakat Ciwaringin yang pada akhirnya membentuk kreatifitas kepribadian masyarakat pendukungnya. Dengan demikian Batik Ciwaringin, Cirebon merupakan symbol dan penanda dari konstruksi kepribadian manusia Cirebon itu sendiri. Inilah yang membuat Batik Ciwaringin Cirebon menjadi sangat mempribadi. Ekspresi estetisdan symbol-simbol budaya yang tersimpan di dalam sehelai kain Batik Ciwaringin begitu khas dan unik.

Tidak dapat dipungkiri sebuah karya kriya batik merupakan wujud ekspresi estetis simbolik dari masyarakat pendukungnya. Batik selain menyimpan kode-kode estetik yang tidak dibuat semata-mata untuk keindahan, akan tetapi juga sebagai benda pakai yang menyimpan nilai-nilai moral dan makna simbolis. Oleh karena itulah Batik Ciwaringin tidak sekedar sebuah refleksi pengungkapan estetik dan simbolik akan tetapi lebih jauh dari itu bahkan batik memiliki nilai ekonomi kreatif bagi masyarakat pendukungnya. Berkarya batik bukan sekedar pekerjaan pengisi waktu senggang, akan tetapi sudah menjadi satu bentuk mata pencaharian penduduk. Kriya batik pun pada akhirnya memberikan kontribusi yang sangat signifikan khususnya bagi dunia pertekstilan Indonesia. Bahkan revitalisasi Batik Ciwaringin dengan focus kepada pemanfaatan warna alam, adalah sebuah ruang kreatif yang sangat bernilai, terutama untuk menjawab persoalan-persoalan yang disebabkan oleh industry tekstil yang menggunakan warna-warna sintetis.

Batik Ciwaringin harus diakui memiliki posisi strategis dalam perkembangan batik di Cirebon, bahkan di Nusantara. Batik Ciwaringin sangat berbeda dan sangat mempribadi, sehingga pengguna kain batik akan sangat mengenali Batik Ciwaringin. Karakteristik yang khas dari Batik Ciwaringin terutama adalah motifnya yang lugas dan sederhana serta pewarnaan yang menggunakan pewarna alam, sehingga tampilan batik Ciwaringin terkesan lebih soft atau dalam bahasa local terkesan “bladus”.

Sebagai Batik Pedalaman, Batik Ciwaringin relatif tidak tersentuh oleh tradisi Batik Pesisiran dan Keratonan. System nilai yang dikembangkan adalah system nilai Islami yang berkembang di Pesantren. Pengolahan motif ditandai dengan menghindari bentuk makhluk yang bernyawa, sederhana dan tidak mengusung makna simbolik-filosofis sebagaimana laizimnya pada Batik Keratonan. Kedekatan dengan dunia sekitar menjadi penanda yang sangat kuat untuk dijadikan rujukan dalam pembuatan motif batik. Itulah beberapa tanda yang mengidentifikasikan karakteristik Batik Ciwaringin. Kesan kuat yang harus diakui bahwa estetika Islami-lah yang menjadi rujukan dalam penciptaan Batik Ciwaringin.

Jelaslah kini, bahwa posisi Batik Ciwaringin memiliki karakteristik yang berbeda dengan Batik Cirebon yang berkembang di Trusmi atau kalitengah. Batik Ciwaringin adalah Batik Pedalamanyang tumbuh dan berkembang dari komunitas masyarakat yang dinaungi oleh sistem nilai sosial budaya pesantren. Batik Ciwaringin menjadi penambah dan pelengkap khasanah kebudayaan Cirebon yang memang sebagai wilayah yang secara geografis berada di pesisir, memilki tradisi keratin dan dibangun dengan tradisi syiar Islam. Oleh karena itu wajarlah kalau di Cirebon tumbuh dan berkembang tradisi kesenian, termasuk di dalamnya adalah batik, yang tumbuh dan berkembang dengan naungan nilai-nilai dan kode estetik Islami karena Cirebon merupakan satu titik penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Jawa Barat. Berbagai ekspresi kesenian di Cirebonbayak yang dikemas dengan nilai-nilai Islami yang khas dengan tetap mempertahankan kearifan lokal.