08 May 2022

Mengenal Lebih Dekat Kalender Saka Bali

Kalender Saka Bali adalah sebuah kalender yang digunakan oleh masyarakat Bali dan Lombok yang menganut agama Hindu. Meskipun sama-sama bernama kalender Saka tapi kalender Saka Bali berbeda dengan kalender Saka yang ada di India. Dalam kalender Saka Bali ini sudah dimodifikasi dengan memasukkan unsur-unsur lokal sesuai budaya dan adat istiadat yang ada di Bali dan Lombok.

Yang istimewa dari kalender Saka Bali ini juga adalah kalender ini disebut dengan kalender konvensi atau kompromis yakni cara perhitungannya tidak mutlak berdasarkan putaran astronomis seperti kalender Hijriyah tapi juga tidak sama dengan sistem kalender Jawa. Jika disederhanakan maka kalender Saka Bali ada di tengah-tengah keduanya.

Kalender ini sering juga disebut dengan kalender luni-solar yakni sistem penanggalan berdasarkan posisi matahari dan juga bulan. Perlu diketahui, untuk panjang setiap bulan, kalender Saka Bali ditetapkan sebanyak 30 hari dimana tanggal 1 sampai 15 (purnama) disebut penanggal atau suklapaksa dan tanggal 16 sampai 30 disebut panglong atau kresnapaksa. Untuk membedakan penanggal dan panglong ini ditandai dengan titi yakni angka urut dari 1 sampai 15 mewakili angka merah atau penanggal, 16 sampai 30 mewakili angka 1 sampai 15 angka berwarna hitam atau panglong. 

Bagi yang terbiasa dengan kalender Hijriyah atau Masehi maka kalender Saka Bali ini agak membingungkan dari segi perhitungannya. Makanya seperti yang disebut diatas kalender ini disebut dengan kalender konvensi atau kompromis. Sebagai contoh bentuk kompromi adalah dengan disepakatinya bahwa dalam 1 hari candra sama dengan 1 hari surya, tapi dalam perjalanannya 1 hari candra tidak selalu sama dengan 1 hari surya. maka dari itu setiap 63 hari yang disebut 9 wuku ditetapkan 1 hari surya yang nilainya sama dengan 2 hari candra yang disebut pangunalatri. Dengan pola perhitungan seperti ini setiap seratus tahun hanya dibutuhkan 1 hari kabisat. Luar biasa bukan?

Bentuk kompromi lainnya adalah pada perhitungan panjang bulan surya yang berbeda dengan panjang bulan candra yang disebut sasih. Panjang sasih tidak selalu sama tapi fluktuatif tergantung jarak bumi dengan bulan dalam orbitnya. Dengan begitu kurun tahun surya akan lebih panjang sekitar 11 hari dari tahun candra. Dan bentuk komprominya adalah setiap 3 tahun candra akan disispkan satu bulan candra tambahan sebagai bulan kabisat yang dianggap rancu bagi sebagian orang karena idealnya awal tahun surya jatuh pada paruh-akhir sasih keenam (Kanem) atau paruh-awal sasih ketujuh (Kapitu), sehingga tahun baru Saka Bali (hari raya Nyepi) selalu jatuh di sekitar paruh-akhir bulan Maret sampai paruh-awal bulan April. 

Hari raya Nyepi ini adalah tahun baru bagi Kalender Saka Bali yang diperingati pada sasih kesepuluh (kadasa) dan bukan sasih pertama (Kasa). Dengan begitu, idealnya pada tanggal satu yakni hari pertama setelah bulan mati (tilem) adalah sebagai hari raya Nyepi, tapi pada tahun 1993, hari raya diundur satu hari karena pada tanggal satu bertepatan dengan angunalatri dengan panglong 15 sasih Kasanga. Disinilah kompromi sekali lagi diperlukan.  

Nama-nama Hari, Tanggal dan Bulan di Kalender Saka Bali

Untuk nama-nama hari dalam kalender Saka Bali adalah sebagai berikut: Radite untuk hari Minggu, Soma untuk hari Senin, Anggara untuk hari Selasa, Buda untuk hari Rabu, Wraspati untuk hari Kamis, Sukra untuk hari Jumat dan Saniscara untuk hari Sabtu.

Untuk tanggal atau wuku dalam kalender Saka Bali memiliki nama-nama tersendiri dengan raja atau dewi yang mewakilinya. Dan berikut adalah daftar wuku beserta raja atau dewi yang menaunginya: Wuku 1 adalah Sinta yang diwakili oleh Dewi Sintakasih, Wuku 2 adalah Landep yang diwakili oleh Dewi Sanjiwartya, Wuku 3 adalah Ukir yang diwakili oleh Raja Giriswara, Wuku 4 adalah Kulantir/Kurantil yang diwakili oleh Raja Kuladewa, Wuku 5 adalah Tolu yang diwakili oleh Raja Talu, Wuku 6 adalah Gumbreg yang diwakili oleh Raja Mrebwana, Wuku 7 adalah Wariga/Warigalit yang diwakili oleh Raja Waksaya, Wuku 8 adalah Warigadian/Warigagung yang diwakili oleh Raja Wariwisaya, Wuku 9 adalah Julungwangi/Mrikjulung yang diwakili oleh Raja Mrikjulung, Wuku 10 adalah Sungsang yang diwakili oleh Raja Sungsangtaya, Wuku 11 adalah Dungulan/Galungan yang diwakili oleh Raja Dungulan, Wuku 12 adalah Kuningan yang diwakili oleh Raja Puspita, Wuku 13 adalah Langkir yang diwakili oleh Raja Langkir, Wuku 14 adalah Mdangsya/Mandhasia yang diwakili oleh Raja Mdangsu, Wuku 15 adalah Pujut/Julung Pujut yang diwakili oleh Raja Pujitpwa, Wuku 16 adalah Pahang yang diwakili oleh Raja Paha, Wuku 17 adalah Krulut/Kuruwelut yang diwakili oleh Raja Kruru, Wuku 18 adalah Mrakih/Mrakeh yang diwakili oleh Raja Mrangsinga, Wuku 19 adalah Tambir yang diwakili oleh Raja Tambur, Wuku 20 adalah Mdangkungan yang diwakili oleh Raja Mdangkusa, Wuku 21 adalah Matal/Maktal yang diwakili oleh Raja Matal, Wuku 22 adalah Uye/Wuye yang diwakili oleh Raja Uye, Wuku 23 adalah Mnail/Manail yang diwakili oleh Raja Ijala, Wuku 24 adalah Prangbakat yang diwakili oleh Raja Yuddha, Wuku 25 adalah Bala yang diwakili oleh Raja Baliraja, Wuku 26 adalah Ugu/wugu yang diwakili oleh Raja Wiugah, Wuku 27 adalah Wayang yang diwakili oleh Raja Ringgita, Wuku 28 adalah Klawu/Kulawu yang diwakili oleh Raja Kulawudra, Wuku 29 adalah Dukut/Dhukut yang diwakili oleh Raja Sasawi dan Wuku 30 adalah Watugunung yang diwakili oleh Raja Watugunung.

Sementara untuk nama-nama bulannya adalah sebagai berikut: Kasa untuk bulan pertama, Karo untuk bulan kedua, Katiga untuk bulan ketiga, Kapat untuk bulan keempat, Kalima untuk bulan kelima, Kanem untuk bulan keenam, Kapitu untuk bulan ketujuh, Kawolu untuk bulan kedelapan, Kasanga untuk bulan kesembilan, Kadasa untuk bulan kesepuluh, Jiyestha untuk bulan kesebelas dan Sadha untuk bulan keduabelas.  

***

Sumber gambar dan referensi: Wikipedia