Pentas Kaba sering kali menjadi ajang kreativitas di Minangkabau. Pertunjukan Kaba bisa beragam tergantung dari daerah asalnya. Ada yang menggunakan randai, ilau, atau bahkan menyampaikannya melalui nyanyian yang dikenal sebagai basijobang. Setelah Perang Dunia I, Kaba mulai dipertunjukkan dalam bentuk sandiwara dan diterbitkan dalam berbagai media. Dalam proses ini, Kaba pertama kali ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang memberikan sentuhan segar pada cerita tradisional ini dan membuatnya relevan dengan peristiwa-peristiwa aktual.
Setiap Kaba biasanya dimulai dengan cerita tambo, yang merupakan paparan tentang asal usul Minangkabau. Cerita tambo ini memberikan latar belakang dan konteks yang penting dalam Kaba.
Asal usul nama "Kaba" sendiri mendalam. Kata "Kaba" diduga berasal dari bahasa Arab "khabar," yang memiliki sinonim dengan kata "berita" dalam bahasa Minangkabau, yaitu "barito." Namun, dalam konteks sastra Minangkabau, kedua kata ini memiliki perbedaan yang signifikan.
BACA JUGA:
Kaba memiliki banyak kesamaan dengan hikayat atau cerita dalam sastra Melayu. Beberapa Kaba bahkan pernah diterbitkan dalam bentuk hikayat, seperti "Kaba Sutan Manangkerang" (1885) dan "Kaba Manjau Ari" (1891). Sebaliknya, "Hikayat Hang Tuah" juga pernah disadur ke dalam bentuk Kaba.
Salah satu perbedaan utama antara Kaba dan hikayat adalah alat literer yang digunakan. Dalam hikayat, kita menemukan satuan linguistik seperti kalimat dan paragraf, sedangkan dalam Kaba, cerita seringkali disampaikan dalam bentuk prosa.
BACA JUGA:
Kaba sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Kaba lama dan Kaba baru. Kaba lama sering berkisah tentang perebutan kekuasaan antara dua kelompok, salah satunya adalah "orang luar" yang datang dari suatu kesatuan keluarga. Cerita ini seringkali dianggap berlaku pada masa silam dan melibatkan anak raja yang memiliki kekuatan supranatural. Kaba lama lebih sering disebarkan melalui tradisi lisan atau dalam bentuk naskah. Beberapa contoh Kaba lama yang terkenal adalah "Kaba Cindua Mato," "Kaba si Untuang Sudah," dan "Kaba Malin Deman dengan Puti Bungsu."
Di sisi lain, Kaba baru lebih sering disebarkan melalui media cetak. Cerita dalam Kaba baru mencakup kehidupan sehari-hari masyarakat dan mengeksplorasi berbagai persoalan, penderitaan, dan tragedi yang mereka alami. Contoh cerita Kaba baru meliputi "Kaba si Rambun Jalua," "Kaba Siti Fatimah," dan "Kaba Karantau Madang di Hulu."
Kaba Minangkabau adalah warisan budaya yang kaya dan beragam yang menggambarkan kehidupan, nilai-nilai, dan sejarah Minangkabau. Dari cerita-cerita tentang perebutan kekuasaan hingga kisah-kisah tentang kehidupan sehari-hari, Kaba terus berkembang dan menjelajahi berbagai aspek kehidupan masyarakat Minangkabau. Seni sastra ini tetap relevan dalam budaya modern, dan cerita-ceritanya tetap menginspirasi dan menghibur hingga hari ini.
----------
Gambar diambil dari: Native Indonesians