Dalam tradisi mereka, pemakaman bukan hanya sekadar ritual, melainkan suatu ungkapan keagungan alam yang dihormati. Kabar Banten melaporkan bahwa ketika seorang warga Baduy meninggal dunia, proses pembersihan jenazah menjadi tahapan awal yang berbeda dari suku-suku lain di Indonesia. Tidak seperti umumnya jenazah dimandikan, suku Baduy memilih untuk membersihkan seluruh anggota tubuh dengan daun sirih.
Kemudian, saat para pelayat berkumpul di rumah duka, ritual takziah dan kepedulian bersama terasa begitu kental. Dalam doa-doa yang disampaikan, jenazah yang telah dibersihkan dengan daun sirih itu diberkati dan disiapkan untuk perjalanan terakhirnya.
Pemakaman, bagian sakral dari keseluruhan prosesi, menarik perhatian dengan penataan yang begitu khusus. Lokasinya terletak di selatan perkampungan, memperkuat ikatan antara hidup dan mati dengan elemen-elemen alam yang selalu mereka hormati.
Ketika jenazah ditempatkan dalam liang lahat, arah penempatannya menjadi simbolik. Kepala jenazah menghadap ke barat, mengikuti matahari terbit, sedangkan kaki menghadap ke timur, mengikuti matahari terbenam. Wajah jenazah diarahkan ke utara, menandakan keseimbangan yang dijunjung tinggi.
Namun, keunikan tidak hanya terletak pada tata letak, melainkan pada ciri khas makam Baduy yang tidak memiliki gundukan tanah. Beda dengan pemakaman lainnya yang mungkin memiliki tanda atau nisan, makam-makam Baduy tampak seperti tanah kosong biasa. Tidak ada papan nama yang menyebutkan siapa yang beristirahat di sana, memperlihatkan bahwa keheningan dan ketenangan alam lebih diutamakan daripada pameran identitas.
Penting untuk dicatat bahwa semua ini bukan hanya suatu kebetulan, melainkan bagian dari upaya suku Baduy untuk tetap menjaga dan menghormati tradisi nenek moyang mereka. Dengan mempertahankan cara-cara lama ini, mereka tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memberikan penghormatan kepada alam semesta yang selalu mereka hargai.
Tidak hanya dalam pemakaman, suku Baduy dikenal sebagai pelindung alam semesta. Segala tindakan mereka, bahkan hanya menggali tanah, dijalankan dengan penuh kesadaran akan dampaknya terhadap alam. Inilah yang membuat mereka tidak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga pelindung alam yang patut dicontoh.
Dengan demikian, keunikan suku Baduy dalam menjaga tradisi pemakaman dan penghargaan mereka terhadap alam semesta menjadi cermin bagi kita semua. Mereka tidak hanya memelihara akar nenek moyang, tetapi juga menjaga keseimbangan dengan alam dalam setiap langkah kehidupan mereka. Suatu contoh yang luar biasa tentang bagaimana kearifan lokal dapat mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keberlanjutan dan harmoni dengan alam.