Home » , , , , , , » Upacara Kasada: Merayakan Keharmonisan Suku Tengger

Upacara Kasada: Merayakan Keharmonisan Suku Tengger

Upacara Kasada atau Hari Raya Radya Kasada adalah salah satu perayaan penting yang dilaksanakan oleh Suku Tengger di daerah Gunung Bromo, Ngadisari, Jawa Timur. Meskipun Suku Tengger menganut agama Hindu, agama ini memiliki keunikan dalam praktik ibadahnya dibandingkan dengan agama Hindu pada umumnya. Upacara Kasada merupakan bentuk persembahan kepada leluhur dan dewa-dewa gunung, dan dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan terhadap alam sekitarnya.

Suku Tengger dan Upacara Kasada

Suku Tengger adalah suku yang tinggal di lereng Gunung Bromo dan memeluk agama Hindu. Mereka melakukan peribadatan di punden, danyang, dan poten, bukan di candi-candi seperti pemeluk agama Hindu pada umumnya. Nama "Tengger" berasal dari Legenda Rara Anteng dan Joko Tengger, dua tokoh dalam cerita ini, yang menginspirasi pembentukan nama suku ini.

Suku Tengger sangat menjaga keberlangsungan upacara adat mereka, meskipun dunia telah mengalami globalisasi. Bagi mereka, upacara adat adalah wujud syukur kepada Tuhan. Berbagai jenis upacara adat dijalankan oleh Suku Tengger, termasuk upacara meminta berkah, menjauhkan malapetaka, dan upacara wujud syukur. Salah satu upacara adat yang paling terkenal adalah Upacara Kasada, yang memiliki sejarah panjang dan penuh makna.


Sejarah dan Makna Upacara Kasada

Sejarah Upacara Kasada bermula dari kisah Jaka Seger dan Rara Anteng, seorang pasangan suami istri yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Mereka berjanji akan mengorbankan anak bungsu mereka kepada Kawah Gunung Bromo jika doa mereka untuk memiliki keturunan dikabulkan oleh Sang Hyang Widhi, dewa penunggu Gunung Bromo. Namun, ketika doa mereka dikabulkan dan mereka memiliki seorang anak bungsu bernama Kusuma, mereka melanggar janji tersebut. Akibatnya, Hyang Widhi marah, dan kawasan Gunung Bromo menjadi gelap. Kawah Bromo juga memuntahkan api merahnya, dan Kusuma lenyap ke dalam kawah.

Dalam versi lain dari cerita ini, pasangan Jaka Seger dan Rara Anteng memiliki dua puluh lima anak dan berjanji untuk mengorbankan salah satu dari mereka kepada Hyang Widhi. Meskipun mereka awalnya lupa akan janji ini, pada akhirnya, anak bungsu, Kusuma, bersedia mengorbankan dirinya sendiri sebagai persembahan.

Makna dari Upacara Kasada adalah penghargaan kepada alam Gunung Bromo dan keyakinan bahwa Bromo adalah pusat dunia. Oleh karena itu, masyarakat Tengger sangat menjaga kebersihan dan keharmonisan dengan alam wilayah Gunung Bromo. Seluruh pembangunan rumah dan sanggar mereka menghadap ke arah Bromo sebagai tanda penghormatan kepada gunung tersebut.


Tanggal Pelaksanaan Upacara Kasada

Upacara Kasada dilaksanakan pada tanggal ke-14, 15, dan 16 bulan 10 dalam penanggalan Jawa, yang juga dikenal sebagai Bulan Kasada. Pelaksanaan upacara dimulai pada tengah malam hingga menjelang dini hari, ketika bulan purnama muncul.


Tempat Penting dalam Upacara Kasada

Upacara Kasada melibatkan tiga tempat penting:

  1. 1. Rumah Dukun Adat: Tempat di mana dukun adat atau dukun pandita melakukan persiapan dan memberitahu para dewa bahwa upacara Kasada akan dilaksanakan.
  2. 2. Pura Luhur Poten: Tempat utama untuk pelaksanaan upacara. Pura ini terdiri dari tiga bagian penting: Mandala Utama, Mandala Madya, dan Mandala Nista. Mandala Utama adalah tempat pemujaan, Mandala Madya adalah tempat persiapan dan pengiring upacara, sedangkan Mandala Nista adalah sisi peralihan dari luar menuju dalam Pura Luhur Poten.
  3. 3. Kawah Gunung Bromo: Tempat inti upacara di mana sesajen dibawa oleh masyarakat dan dilemparkan ke dalam kawah sebagai bentuk rasa syukur kepada Hyang Widhi.


Peran Dukun Pandita

Selain sebagai upacara pemujaan, Upacara Kasada juga merupakan ajang uji coba untuk calon dukun pandita baru. Calon dukun pandita harus mampu membacakan mantra dengan benar tanpa kesalahan. Mereka ditunjuk oleh masyarakat dan kemudian diuji selama upacara Kasada.


Tata Cara dan Tahapan Upacara Kasada

Proses upacara Kasada dimulai dengan masyarakat Tengger berkumpul dengan membawa hasil tani dan ternak menggunakan tempat khusus yang disebut Ongkek. Hasil tani dan ternak tersebut nantinya akan dilemparkan ke kawah Bromo sebagai persembahan.

Tahapan-tahapan upacara Kasada meliputi ritual Puja, Manggala Upacara, Ngulat Umat, Tri Sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi, dan persembahan sesaji ke kawah Gunung Bromo. Setelah Ongkek siap, seluruh umat Hindu Tengger berjalan menuju Pura Luhur Poten, yang berjarak sekitar 8 km dari Pendopo Agung. Di Pura Luhur Poten, mereka diberi mantra keselamatan oleh dukun sebelum akhirnya melemparkan sesajen ke kawah gunung. Upacara ini ditutup dengan pertunjukan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di Desa Ngadisari.


Kesimpulan

Upacara Kasada adalah upacara penting yang dilaksanakan oleh Suku Tengger di Gunung Bromo. Upacara ini memadukan unsur keagamaan, kepercayaan kepada alam, dan keharmonisan dengan alam sekitarnya. Melalui kisah-kisah sejarah dan upacara adat ini, Suku Tengger mempertahankan warisan budaya dan keyakinan yang unik. Upacara Kasada merupakan bentuk penghargaan kepada Gunung Bromo atas keindahan alamnya, dan juga sebagai wujud syukur kepada Hyang Widhi yang menjaga gunung tersebut. Perayaan ini adalah contoh yang indah tentang bagaimana keberagaman budaya dan agama dapat hidup berdampingan dengan damai dalam sebuah masyarakat. Semoga upacara Kasada terus dilestarikan dan dihormati oleh generasi-generasi mendatang.