Home » , , » Azan Pitu: Tradisi Spiritual dan Perlindungan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

Azan Pitu: Tradisi Spiritual dan Perlindungan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon


Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang terletak di kota Cirebon, memiliki sebuah tradisi unik yang dikenal sebagai "Azan Pitu" atau "Azan Tujuh." Tradisi ini melibatkan tujuh muazin yang mengumandangkan azan sebelum salat. Saat ini, Azan Pitu hanya dilakukan pada waktu salat Jumat, namun, ceritanya bermula dari sebuah perjuangan yang jauh lebih mendalam dalam melindungi masyarakat dan mempertahankan kepercayaan.

Tradisi Azan Pitu berakar dari masa lalu yang kaya dengan mitos dan legenda. Menurut cerita rakyat setempat, tradisi ini bermula ketika sebuah wabah penyakit menyerang Cirebon pada masa lalu. Masyarakat setempat yang putus asa berusaha mencari perlindungan dan keselamatan. Mereka memutuskan untuk memperkuat kekuatan doa dan azan untuk mengusir wabah penyakit yang menakutkan tersebut.

Seiring dengan penyebaran Islam di Cirebon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi pusat ibadah yang ramai. Namun, masjid ini juga menjadi target seorang individu jahat bernama Menjangan Wulu, yang disebut sebagai sosok sakti mandraguna. Menjangan Wulu mengadu racun di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan muazin yang mengumandangkan azan sering kali menjadi korban racun tersebut. Pada awalnya, hanya satu muazin yang digunakan untuk mengumandangkan azan, tetapi serangan Menjangan Wulu tidak henti-hentinya.

Untuk melawan racun yang meracuni muazin, akhirnya disepakati untuk melibatkan tujuh muazin yang akan mengumandangkan azan. Tujuh muazin ini merupakan simbol kekuatan dan persatuan masyarakat Cirebon dalam menghadapi ancaman racun dan penyakit yang menakutkan. Setelah Azan Pitu pertama kali dikumandangkan, suara ledakan dahsyat terdengar dari atap masjid. Ledakan ini disebabkan oleh racun yang diletakkan oleh Menjangan Wulu. Namun, berkat upaya dan doa yang kuat, masyarakat berhasil mengusir racun dan melindungi masjid mereka.

Seiring berjalannya waktu, serangan wabah penyakit yang disebabkan oleh racun Menjangan Wulu tak lagi terjadi setiap salat lima waktu. Nyi Mas Pakung Wati, tokoh yang dihormati dalam komunitas tersebut, memutuskan bahwa Azan Pitu akan dikumandangkan hanya saat salat Jumat. Namun, tradisi ini tetap menjadi bagian integral dari budaya dan kehidupan spiritual masyarakat Cirebon.

Azan Pitu bukan sekadar sekumpulan suara yang terdengar sebelum salat, tetapi juga merupakan simbol perjuangan, kekuatan, dan kebersamaan masyarakat Cirebon dalam menghadapi tantangan yang mengancam. Tradisi ini mengingatkan kita akan kekuatan doa dan kepercayaan yang dapat menyatukan orang dalam menghadapi masa-masa sulit, sekaligus melindungi warisan budaya yang tak ternilai harganya. Melalui cerita Azan Pitu, Masjid Agung Sang Cipta Rasa terus menjadi tempat ibadah dan perlindungan bagi masyarakat Cirebon yang selalu berpegang pada nilai-nilai spiritual dan sejarah mereka.