1. Mengirik: Memisahkan Padi dari Tangkainya
Tradisi Bebehas dimulai dengan mengirik, suatu tahap awal di mana padi dipisahkan dari tangkainya. Ini bukan hanya aktivitas biasa, tetapi juga simbolis karena menggambarkan pemisahan antara sesuatu yang masih utuh dengan sesuatu yang siap untuk diolah. Proses ini mencerminkan kebijaksanaan para ibu dan remaja putri dalam memahami siklus kehidupan.
2. Mengisal: Proses Mengeringkan Biji Padi
Setelah padi dipisahkan, biji padi dijemur dalam tahap yang disebut mengisal. Proses ini tidak hanya sekadar mengeringkan padi, tetapi juga melibatkan sinar matahari sebagai simbol kehidupan dan keberlanjutan. Tradisi ini mengajarkan tentang kebutuhan akan waktu dan kesabaran dalam menghadapi setiap fase dalam kehidupan.
3. Menumbuk dengan Lesung: Memisahkan Bulir Padi dari Kulitnya
Tahap selanjutnya adalah menumbuk biji padi dengan menggunakan lesung. Ini bukan hanya sekadar aktivitas fisik, melainkan suatu proses simbolis yang menggambarkan bahwa melalui usaha dan kerja keras, kita dapat memisahkan hal-hal yang berharga dari lapisan-lapisan yang tidak berguna dalam kehidupan.
4. Menampikan dengan Isaram: Penyimpanan Hasil Padi
Padi yang sudah bersih kemudian ditampikan ke dalam isaram, alat tradisional yang terbuat dari balok kayu. Proses ini menciptakan ikatan antara alam dan teknologi sederhana, menegaskan nilai-nilai kearifan lokal dan ketergantungan pada sumber daya alam.
5. Membawa Hasil Panen ke Tempat Hajatan
Tahap terakhir adalah membawa hasil panen padi ke tempat tuan rumah yang akan mengadakan hajat. Ini tidak hanya simbol penghargaan, tetapi juga ungkapan terima kasih atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Pemberian oleh-oleh berupa bakul makanan menunjukkan semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama.
Mengejar Kembali Makna Tradisi
Meskipun tradisi Bebehas makin tergeser oleh modernitas, sangat penting untuk menyadari bahwa di balik setiap tahapan ada nilai-nilai kearifan yang tak ternilai harganya. Kehidupan masyarakat pedesaan Muara Enim yang guyub, saling menghormati, dan bersyukur atas berkah hidup menjadi fondasi dari tradisi ini.
Namun, dengan semakin tergesernya kebiasaan ini oleh pola hidup individualistis, kita sebagai generasi penerus memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya. Melalui pengenalan kembali dan penghargaan terhadap tradisi Bebehas, kita dapat menggali kekayaan budaya yang telah lama terabaikan, serta memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di tengah kemajuan zaman yang terus berkembang.