23 December 2023

Menjelajahi Tradisi Ngabeungkat Dawuan di Dayeuhluhur Cilacap

Tradisi Ngabeungkat Dawuan, yang dilakukan oleh masyarakat petani Dayeuhluhur di Cilacap, tidak hanya sekadar seremoni gotong royong, tetapi juga sebuah perjalanan kembali ke akar sejarah dan warisan budaya. Dalam setiap langkah mereka, terkandung cerita-cerita yang mencerahkan tentang keberlanjutan, kerja sama, dan keahlian dalam mengelola lahan pertanian.

Keunikan Tradisi Ngabeungkat Dawuan

Tradisi Ngabeungkat Dawuan tidak hanya merinci pembersihan selokan irigasi dan bendungan, tetapi juga memasukkan aspek keagamaan dan pemotongan kambing hitam sebagai bagian integral dari ritual tersebut. Kata 'Dawuan' yang berasal dari bahasa setempat menyiratkan arti bendungan irigasi atau selokan kawasan pesawahan, sementara 'Ngabeungkat' adalah tindakan memperbaiki sambil berdoa agar air mengalir lancar dan membawa berkah bagi tanah pesawahan.


Sejarah Bersawah di Pulau Jawa

Menelusuri sejarah, keberadaan sawah di Pulau Jawa sudah terdokumentasi sejak era sebelum Kerajaan Singasari. Bahkan, Kitab Pararaton telah menyebutkan kata "sawah". Perbedaan teknik bertani antara daerah dataran rendah dan pegunungan juga menjadi sorotan, dengan teknik di pegunungan memerlukan lebih banyak pengetahuan tentang terasering, irigasi, bendungan, atau dawuan, serta pengaturan tata kelola air yang lebih rumit.


Asal Usul Tradisi Ngabeungkat Dawuan di Dayeuhluhur

Tradisi ini ternyata tidak hanya muncul dari kebutuhan praktis, tetapi juga membawa kita kembali ke masa pemerintahan Raja Susuk Tunggal di Kerajaan Sunda. Raja ini dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan gigih dalam membangun negara. Kehadirannya memberikan dampak positif pada Dayeuhluhur, yang menjadi terampil dalam sistem bersawah di pegunungan dengan teknik irigasi dan bendungan.

Menurut cerita pada zaman itu, Istri Raja Susuk Tunggal mengutus seorang juru teknik kerajaan bernama Ki Bendungan untuk mengajari masyarakat Dayeuhluhur cara membuat bendungan dan irigasi di pegunungan untuk mengairi sawah. Meskipun ada konflik dengan seorang janda kaya, Nyai Gelang Kuning, akhirnya, melalui tradisi Ngabeungkat Dawuan, terjalinlah kesepakatan tentang tata kelola air dan pemeliharaan bendungan.


Makna Modern Tradisi

Tradisi Ngabeungkat Dawuan bukan hanya nostalgia atas masa lalu, tetapi juga menjadi warisan berharga yang mempertemukan masyarakat dengan nilai-nilai keberlanjutan, gotong royong, dan keterampilan agraris. Melalui perayaan ini, Dayeuhluhur mengabadikan tidak hanya sejarah teknis pertanian tetapi juga semangat kebersamaan yang membentuk pondasi masyarakat mereka.

Dalam keseluruhan tradisi ini, tergambarlah gambaran hidup harmonis antara manusia, alam, dan tradisi. Ngabeungkat Dawuan adalah lebih dari sekadar kegiatan fisik, tetapi juga ritual spiritual dan pembelajaran berharga untuk generasi yang akan datang. Seiring waktu, semoga tradisi ini terus berkembang dan memberikan inspirasi bagi masyarakat lain untuk menjaga akar budaya mereka sendiri.