Home » , , , » Katto Bokko Kekarengan Marusu: Sebuah Tradisi Panen Raya

Katto Bokko Kekarengan Marusu: Sebuah Tradisi Panen Raya

Di tengah hening desa Kelurahan Baji Bodoa, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, sebuah tradisi panen raya bernama Katto Bokko Kekarengan Marusu masih tetap lestari. Masyarakat setempat, terutama di Kerajaan Marusu, menjalankan acara ini dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan. Puluhan orang berjalan menyusuri sawah, memikul padi, sambil merayakan hasil panen dengan meriah.

Katto Bokko Kekarengan Marusu

Secara harfiah, Katto Bokko berarti padi berikatan besar. Acara ini menjadi bintang utama dalam pesta yang diadakan di Kompleks Balla Lompoa (Istana) Kerajaan Marusu. Rangkaian puncak acara dimulai sejak semalam sebelumnya dengan silaturahmi dan doa bersama untuk kelancaran panen. Prosesi utama, yaitu memanen padi, menjadi momen yang paling dinanti-nantikan.

Padi yang dipanen adalah varietas lokal bernama ase lapang. Padi ini telah menjadi pusaka turun temurun selama berabad-abad di Maros. Meskipun kalah bersaing dengan padi modern dalam segi masa tanam dan pengolahan, ase lapang tetap dijadikan simbol tanam dan panen bagi masyarakat Maros.


Gotong Royong di Lahan Sawah Tradisional

Hamparan sawah di Bajo Bodoa menjadi saksi bisu semangat gotong royong generasi tua dan muda. Luas lahan sekitar 1.000 meter persegi ini khusus ditanami ase lapang setiap tahunnya. Petani turun ke sawah dengan alat pemotong padi tradisional "anai-anai" di tangan, sebuah pemandangan yang jarang ditemui oleh generasi milenial yang terbiasa dengan mesin pemotong padi modern.

Ase lapang bukan sekadar padi varietas lokal; dalam tradisi ini, padi tersebut menjadi panduan untuk menanam dan memanen puluhan hektare sawah di sekitarnya. Proses penanaman dan panen tidak dapat dimulai sebelum ase lapang ditanam dan dipanen terlebih dahulu.


Prosesi Pembawaan Padi yang Meriah

Setelah dipanen, batang padi dikumpulkan menjadi dua kelompok ikatan rumpun, besar dan kecil. Rumpun kecil, berpasangan di kedua ujung tangkal kayu, dipikul satu orang dengan berat sekitar 5 kilogram. Sementara itu, rumpun besar, dua buah dengan berat masing-masing 100 kilogram, diikat dengan rotan dan dipanggul bersama-sama dengan sebatang bambu.

Seluruh rangkaian prosesi membawa padi kemudian berlanjut ke tepi jalan. Di sana, rumpun-rumpun padi dihiasi dengan bunga dan tanaman berwarna-warni sebelum diarak. Selama mengarak, warga bergantian menggotong rumpun besar hingga tiba di halaman Balla Lompoa.


Kebersamaan dan Tradisi Leluhur

Karaeng Sioja, kepala Kerajaan Marusu, menyebutkan bahwa Katto Bokko memiliki makna yang mendalam dalam meneruskan tradisi leluhur. Selain sebagai perayaan panen, tradisi ini juga dianggap penting sebagai sarana pelestarian nilai kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat.

Semangat gotong royong tercermin dari persiapan Katto Bokko yang melibatkan pemangku adat, petugas adat, dan seluruh warga dalam 14 tahapan selama dua minggu. Dalam upaya melestarikan budaya, Katto Bokko Kekarengan Marusu menjadi agenda budaya tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Maros.


Perpaduan Antara Tradisi dan Kesejahteraan

Tradisi Katto Bokko Kekarengan Marusu bukan hanya perayaan panen semata, tetapi juga perpaduan antara kekayaan budaya dan kesejahteraan masyarakat Maros. Meskipun telah mengalami evolusi zaman, Kerajaan Adat Marusu terus mempertahankan tradisi ini sebagai warisan berharga yang mencerminkan keindahan dan kebersamaan dalam hidup.

Dengan langkah-langkah pelestarian yang kuat dan semangat gotong royong yang tak pernah pudar, Katto Bokko Kekarengan Marusu terus bersinar sebagai cahaya tradisi yang meneduhkan hati masyarakatnya.