Home » , , , » Suku Samin, Masyarakat Adat Pemegang Nilai Luhur

Suku Samin, Masyarakat Adat Pemegang Nilai Luhur

Suku Samin adalah salah satu suku yang ada di Indonesia, tepatnya berada di pedalaman Blora, Jawa Tengah. Sebagian besar dari Suku Samin ini tinggal di Dusun Tambak yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Meski pada saat ini ada juga beberapa di antara mereka yang sudah menyebar ke daerah lain seperti ke daerah Kudus, Pati, Grobogan, Rembang, Bojonegoro, dan Ngawi.

Penyebutan suku sendiri sebenarnya masih menjadi perdebatan, karena menurut beberapa pendapat sebenarnya Samin adalah sebuah ajaran dan mereka sebagai penganutnya sebenarnya tetaplah suku Jawa. Ajaran Samin sendiri yang biasa disebut dengan istilah Saminisme adalah sebuah ajaran yang menitik beratkan pada memegang teguh tradisi dan adat, menjunjung tinggi kejujuran, tidak menyimpan sifat iri dan dengki dan tidak mempunyai sifat berprasangka buruk terhadap orang lain. Ajaran ilah yang kemudian diringkas menjadi Ajaran Sedulur Sikep.    

Nama Samin sendiri adalah merujuk pada satu orang yang membawa ajaran tersebut yakni Ki Samin Surosentiko, yang lahir pada 1859 di Desa Poso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Ia adalah seorang pemimpin yang sangat dihormati, pejuang pergerakan melawan pemerintah kolonial Belanda, guru kebatinan, dan raja tanah Jawa. Dialah yang pertama kali mengajarkan untuk melawan kolonialisme dengan tanpa kekerasan. Sedulur Sikep sendiri secara makna terdiri atas dua suku kata sedulur yang artinya saudara dan Sikep yang berarti senjata. Dengan kata lain, Sedulur Sikep berarti sikap perlawanan tanpa senjata dan kekerasan. Bentuk perlawanan mereka pada saat penjajahan adalah dengan cara tidak membayar pajak dan menaaati peraturan yang dibuat oleh para penjajah.

Sikap yang seperti anti sosial dan semaunya inilah yang memusingkan penjajah. Bahkan juga hingga saat ini, bagi orang luar yang belum mengenal Suku Samin, sikap ini kadang menjengkelkan dan menjuluki mereka dengan istilah wong sikep. Tapi meskipun begitu, mereka senang disebut wong sikep karena bagi mereka wong sikep berkonotasi dengan kebaikan dan kejujuran.

Dan memang benar, Suku Samin sangat menjunjung tinggi kejujuran. Itu sebabnya hingga saat ini pun mereka hanya berprofesi sebagai petani dan tak pernah mau berdagang, karena menurut mereka perdagangan kadang mengandung hal-hal yang tidak jujur.

Selain pada itu, yang menonjol dari Suku Samin ini adalah sikapnya yang menganggap semua orang sebagai saudara yang karenanya memiliki jiwa gotong royong yang sangat tinggi. Jadi, bagi Suku Samin adalah hal yang lumrah untuk membantu pekerjaan orang lain tanpa harus diminta seperti mengerjakan pekerjaan di sawah, membantu membangun rumah, hajatan dan lain sebagainya. Sikap gotong royong ini dalam istilah mereka disebut dengan sambatan atau rukunan.     

Keunikan lainnya, mereka memegang teguh Solahing Ilat atau gerak lidah. Artinya, lidah harus dijaga agar tetap mengucapkan kata-kata yang jujur dan tidak menyakiti orang lain. Jangan menyakiti orang lain, kalau tidak mau disakiti. Jangan membohongi orang lain kalau tidak ingin dibohongi, jangan mencelakai orang lain kalau tidak mau celaka, dan masih banyak lagi.

Dengan sifat dan sikap yang luar biasa itu dan ditengah gempuran dunia yang makin tidak karuan ini, sepertinya kita harus banyak belajar dari mereka.


***

Sumber gambar: kompasiana.com dan qcliquit.blogspot.com