Tradisi kupatan ini sendiri menurut beberapa pendapat adalah hari rayanya orang-orang yang melaksanakan puasa Syawal yakni dari mulai tanggal 2 hingga 7 Syawal. Maka dari itu, pada tradisi kupatan ini juga lazim dengan ritual saling maaf-memaafkan. Ada juga yang berpendapat bahwa kata kupat sendiri merupakan akronim dari ngaku lepat yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia artinya mengaku bersalah. Untuk itu karena masing-masing mengaku tak luput dari kesalahan maka adalah penting untuk saling memaafkan satu sama lain.
Karena sudah terlanjur berubah menjadi bulus, maka Mbah Dudo meminta kepada warga di situ untuk selalu melaksanakan ritual pada setiap tanggal 8 Syawal guna mendoakan kedua muridnya dan sekaligus memberi mereka makan. Uniknya makanan yang diberikan bukanlah makanan yang biasa dimakan oleh hewan bulus melainkan makanan lepet, yakni sejenis makanan yang berasal dari beras ketan yang dibungkus dengan janur. Lepet sendiri bermakna lepat atau lupa/salah, sementara janur merupakan asal kata dari bahasa Arab, "Ja a Nur" yang artinya telah datang cahaya.
Dengan memberi makan bulus-bulus itu dengan lepet, masyarakat setempat percaya hal ini akan menolak bala karena diyakini bulus-bulus ini memiliki keterkaitan dengan para leluhur desa setempat.
***
Sumber gambar: kudusnews.com dan murianews.com