Ritual Tiwah adalah salah satu ritual adat tentang kematian yang hingga saat ini masih dilaksanakan oleh Suku Dayak Ngaju yang ada di wilayah Kalimantan Tengah terutama bagi mereka yang masih menganut kepercayaan Kaharingan. Adapun tujuan dari diadakannya ritual Tiwah itu sendiri adalah untuk mengantar arwah keluarga yang sudah meninggal memasuki dunia arwah atau dalam istilah Suku Dayak Ngaju sebagai menghantar salumpuk liau menuju lewu tatau.
Selain itu, ritual Tiwah juga diselenggarakan untuk penolak bala dan ketenangan keluarga yang ditinggalkan. Perasaan tenang karena sudah memberikan hak kepada mendiang untuk memasuki dunia arwah, sebab dalam kepercayaan masyarakat Suku Dayak Ngaju arwah atau roh (dalam bahasa Dayak Ngaju disebut Liau atau Liaw) orang yang sudah meninggal tapi belum diadakan upacara atau ritual Tiwah maka arwahnya dianggap masih ada di dunia.
Untuk pelaksanaannya sendiri, ritual Tiwah biasanya diselenggarakan untuk waktu yang cukup lama yakni sekitar seminggu hingga satu bulan. Belum lagi proses persiapan dari pelaksanaan ritual Tiwah yang tak kalah lamanya.
Untuk tahapannya sendiri, upacara Tiwah ini dibagi menjadi dua tahapan yakni pra-upacara dan upacara itu sendiri. Pada saat pra-upacara atau menjelang ritual, keluarga yang akan menyelenggarakan ritual Tiwah akan mengumpulkan sanak saudara dan kerabat bahwa mereka akan melaksanakan upacara Tiwah. Dan di sini keluarga yang diundang itu akan memberikan Laluhan atau semacam sumbangan dana untuk meringankan beban yang akan ditanggung oleh yang melaksanakan ritual Tiwah nantinya. Laluhan ini pada saatnya akan dibayar ketika yang memberikan laluhan akan melaksanakan ritual Tiwah juga.
Kemudian setelah semuanya siap maka berikutnya adalah mengumpulkan tulang belulang orang yang akan ditiwahkan. Jenazah yang masih utuh akan dipisahkan daging dengan tulangnya. Setelah itu barulah upacara puncak Ritual Tiwah diselenggarakan. Ritual Tiwah diawali dengan pembuatan Balai Pangun Jandau dan juga sangkaraya sandung rahung dan tihang mandera sebagai pertanda bahwa di kampung tersebut akan diadakan ritual Tiwah yang karenanya kampung akan ditutup untuk sementara.
Ketika semua pekerjaan selesai maka tahap berikutnya adalah mengikat seekor kerbau di sangkaraya tersebut sambil diiringi tarian sakral yang disebut mangajan. Berikutnya kerbau yang telah diikat itu akan dikelilingi oleh para tamu yang hadir. Dan inilah prosesi puncak dari ritual Tiwah itu,yakni ketika para tamu menaiki rakit yang berisi sesaji untuk mengantarkan arwah yang ditiwahkan melakukan perjalanan menuju Lewu Liaw. Prosesi mengantar arwah ini diiringi dengan mengorbankan kerbau yang diikat tadi dengan cara menombaki kerbau tersebut hingga mati. Ritual pun kemudian ditutup dengan dimasukkannya tulang belulang orang yang ditiwahkan tadi ke dalam kain merah dan disimpan di sandung.
***
Sumber gambar: kompas.com, osc.medcom.id dan nationalgeographic