Home » , , , , , » Tradisi Bapongka Suku Bajo dalam Menangkap Ikan

Tradisi Bapongka Suku Bajo dalam Menangkap Ikan

Bapongka adalah sebuah kearifan lokal tentang menghargai alam dari Suku Bajo tentang tata cara menangkap ikan yang baik dan benar. Dalam Bapongka ini masyarakat Suku Bajo menangkap ikan hanya dengan menggunakan peralatan tradisional yang sederhana dan sangat ramah lingkungan. Dalam Bapongka atau biasa juga disebut dengan Babangi ini masyarakat Suku Bajo akan berlayar dan bermalam di laut selama tiga hari hingga satu bulan untuk menangkap ikan.

Bapongka sendiri asal katanya dari Pongka yang artinya berlayar mencari nafkah atau atau hasil-hasil laut ke daerah atau provinsi lain, selama beberapa minggu/bulan. Inilah tradisi yang membuat Orang Bajo bisa berlayar begitu jauh dari tempatnya menetap. 

Baca Juga: Menelisik Asal Usul Suku Bajo

Dalam Bapongka ini masyarakat Suku Bajo biasanya berangkat secara berkelompok menggunakan beberapa perahu. Untuk setiap perahu terdiri dari satu orang. Jumlah dan orang dalam satu kelompok dalam Bapongka ini sendiri baisanya didasari atas kedekatan secara personal baik itu karena sedarah (saudara) maupun karena emosional (teman).

Dalam perjalanannya, di satu titik tertentu kelompok-kelompok kecil ini akan bertemu dan bergabung hingga membentuk sebuah kelompok besar yang biasanya berjumlah dari 15 hingga 20 perahu.


Perahu yang Digunakan dalam Bapongka

Untuk perahu-perahu yang digunakan dalam tradisi ini sendiri dinamakan lepa, sebuah perahu kecil yang dilengkapi dengan atap yang terbuat dari daun sagu. Pada umumnya lepa ini dijalankan dengan cara didayung meski pada saat ini banyak juga yang sudah dilengkapi dengan mesin katinting. Dan karena tradisi ini memakan waktu yang lumayan lama maka banyak peralatan yang dibawa dalam perahu seperti peralatan penerangan, peralatan dapur, persedian bahan makanan dan juga peralatan-peralatan lainnya yang dirasa akan dibutuhkan ketika Bapongka.

Baca juga:  Tradisi Bekarang Iwak di Palembang

Dan kenapa tradisi Bapongka sangat ramah lingkungan dan begitu menghargai laut adalah karena disamping peralatan untuk menangkap ikan menggunakan peralatan tradisional yang sangat sederhana, juga ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh Suku Bajo ketika Bapongka yang diantaranya dilarang membuang ke laut barang atau sampah berupa air cucian beras, arang kayu bekas memasak, ampas kopi, air cabe, air jahe, kulit jeruk dan abu dapur. Jika pantangan itu dilanggar maka mereka percaya bahwa akan ada musibah yang datang karena mereka meyakini bahwa laut juga mempunyai penguasa dalam bentuk roh yakni Mbo.

Tidak hanya itu, untuk istri yang ditinggal suaminya Bapongka juga punya pantangan-pantangan yang diantaranya dilarang membawa api, menyapu di dalam rumah, tidak boleh mengeluarkan air di dalam perahu sebelum perahu berjalan dan tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor dan kasar.

***

Sumber foto: Mongabay