Home » , , , , » Kebudayaan Megalitik Sumba: Tradisi Tarik Batu yang Memukau

Kebudayaan Megalitik Sumba: Tradisi Tarik Batu yang Memukau

Sumba, sebuah pulau di Indonesia Timur, memiliki warisan budaya yang unik dan menakjubkan yang telah bertahan selama ribuan tahun. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah kebudayaan megalitik yang masih hidup hingga saat ini. Kebudayaan megalitik Sumba memiliki ciri khasnya sendiri, terutama dalam penggunaan batu-batu megah yang menjadi monumen dan tanda penghormatan kepada nenek moyang. Batu-batu ini terbuat dari batu putih yang keras dan batu tarimbang dari pantai Tarimbang, yang biasanya lebih mahal karena mirip dengan marmer atau pualam. Mereka digunakan dalam pembangunan batu plat di atas empat tiang batu dengan tinggi sekitar 1,5 meter, yang seringkali menimbang 40 hingga 70 ton.

Kebudayaan megalitik Sumba juga dikenal dengan upacara tradisional yang disebut "Tingu Watu" atau tarik batu. Upacara ini merupakan langkah penting dalam mendapatkan potongan-potongan batu besar yang diperlukan untuk membangun monumen dan tempat peristirahatan terakhir. Sebelum upacara ini dapat dilangsungkan, suku Sumba harus meminta izin dari Marapu, roh pemilik atau penjaga batu. Ini adalah bagian penting dari kepercayaan spiritual mereka.

Upacara dimulai dengan upacara "Ogo Watu," yang merupakan upacara pemotongan batu dari penggalian batu atau gunung. Seorang Imam Marapu memimpin upacara ini, dengan memberikan persembahan berupa ayam, beras, dan sirih pinang kepada roh pemilik batu. Dalam upacara ini, Imam Marapu memohon restu dari para arwah leluhur agar penarikan batu dapat berjalan dengan lancar. Ini mencerminkan kedalaman spiritualitas dan hubungan kuat mereka dengan alam dan leluhur mereka.

Upacara selanjutnya adalah "Tingu Watu" atau tarik batu. Ini adalah saat yang menakjubkan di mana ratusan bahkan ribuan orang bekerja sama untuk memindahkan batu yang besar dan berat. Mereka melakukannya dengan memberikan semangat lewat syair dan lagu-lagu adat yang memenuhi udara. Tarik batu adalah usaha bersama yang memerlukan banyak uang karena pertama-tama mereka harus membeli batu dengan harga cukup mahal, juga membeli binatang yang diperlukan untuk upacara dan makanan bagi semua orang yang ikut serta dalam upacara ini.

Upacara tarik batu adalah upacara eksklusif, hanya untuk orang-orang tertentu yang mampu melakukannya, karena membutuhkan sumber daya yang signifikan. Namun, hal ini juga mempertahankan tradisi dan kebudayaan megalitik yang unik bagi suku Sumba. Upacara terakhir melibatkan penataan kuburan dengan melukis simbol-simbol Marapu pada batu kubur. Simbol-simbol ini sering kali terkait dengan perjalanan spiritual setelah kehidupan di dunia ini, mencerminkan kepercayaan mendalam mereka akan kehidupan setelah kematian.

Kebudayaan megalitik Sumba adalah warisan budaya yang luar biasa dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Sumba. Upacara "Tingu Watu" adalah contoh nyata bagaimana tradisi ini tetap hidup, meskipun dalam dunia yang terus berubah. Dengan menjaga keunikan ini, suku Sumba menjaga jejak budaya mereka yang kaya dan mendalam untuk generasi mendatang. Dengan demikian, kebudayaan megalitik Sumba terus mempesona dan menginspirasi kita semua.

-----

Sumber gambar: Kemdikbud