Home » , , , » Perjuangan Suku Marind Kanume Menjaga Tradisi Berburu di Era Modern

Perjuangan Suku Marind Kanume Menjaga Tradisi Berburu di Era Modern

Suku Marind Kanume, suku yang mendiami tanah datar berawa di perbatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini, hidup dalam keharmonisan dengan alam sekitarnya. Tradisi berburu bukan sekadar aktivitas harian, tetapi merupakan inti dari kehidupan sehari-hari mereka. Perburuan mereka tidak hanya sebatas menembak hewan buruan dengan panah dan busur, melainkan juga melibatkan proses mengejar yang lincah, menciptakan ciri khas unik dari perburuan tradisional Suku Marind Kanume.

Dalam setiap perburuan, Suku Marind Kanume membentuk kelompok keluarga, menggunakan senjata tradisional seperti panah dan busur. Hewan buruan seperti rusa dan kanguru masih memiliki kemampuan untuk berlari setelah terkena panah, sehingga mengejar hewan buruan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi perburuan mereka.

Pentingnya pencahayaan pada malam hari menjadi strategi utama dalam perburuan. Cahaya senter digunakan dengan cerdik untuk membingungkan hewan buruan, membuatnya tidak dapat bergerak, dan memudahkan pemburu untuk melepaskan panah mereka. Bahkan dalam perburuan kanguru, trik khusus seperti menepuk tanah digunakan untuk membuat hewan tersebut merasa aman.

Tradisi perburuan ini bukan hanya sebagai sumber makanan bagi keluarga-keluarga Suku Marind Kanume, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan adat mereka. Mereka sering membuat bevak (tempat tinggal) di dalam hutan, yang merupakan bagian dari wilayah adat mereka yang terletak di dalam Taman Nasional Wasur di Merauke.

Namun, seperti banyak tradisi adat di seluruh dunia, tradisi berburu Suku Marind Kanume dihadapkan pada tantangan serius dari modernisasi dan aktivitas manusia di sekitarnya. Berkurangnya populasi hewan buruan, seperti rusa dan kanguru, menjadi perhatian utama bagi masyarakat adat. Peningkatan perburuan modern oleh orang dari luar, penggunaan senjata api, dan pembukaan lahan kebun kelapa sawit semakin mempersulit kelangsungan tradisi berburu ini.

Keberadaan hewan buruan semakin sulit ditemukan, mendorong keluarga-keluarga Suku Marind Kanume untuk mencari lebih jauh masuk ke dalam hutan demi mendapatkan hasil perburuan yang memadai. Penggunaan senjata modern oleh orang dari luar juga memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap populasi hewan buruan.

Dalam usaha menjaga keberlanjutan tradisi mereka, Suku Marind Kanume menerapkan aturan adat, seperti pembatasan jumlah hewan yang dapat diburu oleh satu kepala keluarga dan pemasangan sassi sebagai tanda larangan berburu di kawasan tertentu. Meskipun demikian, aturan ini terus dihadapkan pada tantangan dari aktivitas modern di sekitarnya.

Keberlanjutan tradisi berburu Suku Marind Kanume bukan hanya sekadar pelestarian warisan budaya, tetapi juga menjadi perjuangan melawan arus modernisasi yang terus berkembang. Dalam upaya menjaga keseimbangan antara tradisi dan perubahan zaman, Suku Marind Kanume menunjukkan ketahanan dan keberanian dalam mempertahankan warisan leluhur mereka, sekaligus menjadi suara yang memperingatkan akan pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam di tengah gempuran perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan global.