Sumpah Hanggendari
Sumpah Dewi Hanggendari menjadi pangkal segala gara-gara yang menyelimuti kelahiran Korawa. Hyang Narada, utusan Hyang Girinata, memberikan laporan kepada prabu Kresnadipayana tentang takdir yang akan menimpa putra-putri Dewi Hanggendari. Sumpah ini mengungkapkan bahwa kelak, putra-putra Hanggendari akan berhadapan dengan putra-putra Dewi Kunti dan Dewi Madrim dalam perang Baratayuda.
Takdir yang Terungkap
Dalam penghadiran para sesepuh di istana Astina, Hyang Narada mengungkapkan takdir yang telah ditentukan oleh para dewa. Dewi Hanggendari akan melahirkan seratus anak, di antaranya satu wanita yang diberi nama Korawa. Raden Arya Jayapitana menjadi anak tertua yang lahir dengan takdir yang telah diatur oleh Dewa Suksmana Kawekas.
Kawah Kelahiran dan Takdir
Dengan kehendak dewa, Raden Arya Jayapitana lahir sebagai anak tertua dari Dewi Hanggendari. Dalam momen kelahiran ini, kawah terbentuk, menandakan kelahiran yang istimewa dan takdir yang mengikatnya dengan perang Baratayuda. Segera setelahnya, seratus bayi lainnya lahir, menyertai takdir tragis yang menanti mereka.
Penyerahan Bayi kepada Kresnadipayana
Hyang Narada menyerahkan seratus satu bayi tersebut kepada Sri Kresnadipayana. Kelahiran Korawa, dengan Dursilawati sebagai satu-satunya wanitanya, menjadi kenyataan yang mengejutkan. Raden Arya Drestarasta, sebagai ayah dari Korawa, tidak dapat menghindar dari nasib yang telah diatur oleh para dewa, yakni pertempuran sengit yang akan memecah belah keluarganya.
Penyerahan Tahta dan Keputusan Prabu Kresnadipayana
Melihat nasib yang menimpanya, Raden Arya Drestarasta, yang kemudian dikenal sebagai Begawan Abiyasa, tidak dapat mengelak lagi dari takdir yang telah diatur. Prabu Kresnadipayana mengambil keputusan bijak dengan menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya, Pandudewanata, dalam harapan bahwa dewa akan melindungi anaknya di tengah badai yang akan datang.
Kesimpulan
Asal usul kelahiran Korawa membawa kita ke dalam alur takdir dan sumpah yang memperumit jalan kehidupan para pahlawan dalam Bharatayuddha. Sumpah Hanggendari dan kehendak dewa membentuk nasib tragis Korawa, yang pada akhirnya akan bermusuhan dengan saudara-saudaranya sendiri, Pandawa. Cerita ini menjadi salah satu poin penting dalam epik Mahabharata yang mengajarkan kita tentang pengorbanan, takdir, dan perjalanan hidup yang kompleks.