Home » , , , , » Tradisi Bubur Sura di Cirebon: Mengenang Sejarah dan Kemuliaan Muharam

Tradisi Bubur Sura di Cirebon: Mengenang Sejarah dan Kemuliaan Muharam

Cirebon, sebuah kota yang tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga dikenal memiliki tradisi yang kuat. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga kini adalah tradisi bubur sura, khususnya dalam menyambut Tahun Baru Islam atau Muharam. Tradisi ini menjadi bagian penting dari warisan Sunan Gunung Jati Cirebon, yang terus dijaga oleh keluarga Keraton Kanoman Cirebon.

Bubur sura merupakan sebuah bentuk peringatan Asyura, yang jatuh pada setiap bulan Muharam. Peringatan ini tidak hanya melibatkan tindakan bersedekah dengan uang, tetapi juga hasil bumi seperti buah-buahan dan bahan lainnya, yang kemudian diolah menjadi bubur sura.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bubur sura mencerminkan swadaya masyarakat, termasuk beras, kelapa parud, daun salam, sereh, klungsu, pisang saba, tales, uwi, dan garam. Semua bahan ini kemudian diolah oleh abdi dalem, menciptakan bubur yang memiliki rasa khas dan makna mendalam.

Lauk pauk yang menyertai bubur sura juga tidak kalah istimewa, terdiri dari 18 macam, mulai dari sambal goreng, dendeng daging sapi suwir, hingga daun kemangi. Semua hidangan disajikan dalam takir atau wadah yang terbuat dari daun pisang klutuk, membentuk perahu sebagai pengingat akan Bahtera Nabi Nuh.

Ritual bubur sura diawali dengan prosesi memasak oleh para abdi dalem yang disebut Panca Pitu. Setelahnya, dilanjutkan dengan ritual pengajian di Bangsal Jinem Keraton Kanoman. Muharam, bulan penuh kemuliaan dan tradisi bagi umat Muslim, juga menandai awal tahun baru Islam, Saka Aboge Keraton, dengan banyak peristiwa sejarah Islam yang dihitung berdasarkan weton dan primbon.

Ritual bubur sura tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga memiliki kaitan dengan berbagai peristiwa besar dalam sejarah Islam. Dilakukan setiap 10 Sura atau Muharam, ritual ini mengenang berbagai peristiwa penting, seperti taubatnya Nabi Adam AS kepada Allah, berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS, selamatnya Nabi Ibrahin AS dari api hukuman Raja Namruj, pembebasan Nabi Yusuf AS dari penjara, penyembuhan Nabi Ayyub dari penyakit, penyelamatan Nabi Musa dan umatnya dari kejaran Fir’aun, hingga terbunuhnya Sayyidina Husein bin Ali.

Dengan menjaga dan merayakan tradisi bubur sura, masyarakat Cirebon tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga meresapi makna kemuliaan Muharam dan mengingat kembali peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam. Tradisi ini menjadi bukti nyata kekayaan kultural dan spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi, menciptakan keharmonisan antara masa lalu dan masa kini.