Tradisi Maccera' Bola merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan suku Bugis, yang mendominasi populasi penduduk di Sulawesi Selatan, termasuk di kota Parepare. Tradisi ini tidak hanya sekadar serangkaian upacara, tetapi juga simbol dari permohonan dan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta bentuk penghormatan terhadap leluhur yang telah melestarikan tradisi ini sejak zaman dahulu.
Menurut wawancara dengan masyarakat kecamatan Soreang, Maccera' Bola bukanlah sekadar ritual, tetapi suatu permohonan yang disebut sebagai "sennu-sennungen", yang bertujuan untuk keselamatan dan keberkahan bagi pemilik rumah. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang telah diwariskan secara turun temurun, dimulai dari zaman dahulu ketika tradisi ini dilakukan dengan cara menyembelih hewan dan mengoleskan darahnya pada tiang-tiang rumah.
Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi Maccera' Bola mengalami perkembangan. Meskipun esensi dan maknanya tetap sama, cara pelaksanaannya telah mengalami modifikasi. Saat ini, darah hewan yang disembelih dalam tradisi ini tidak lagi dioleskan pada tiang-tiang rumah, tetapi tetap dijadikan sebagai simbol dalam upacara.
Prosesi Maccera' Bola melibatkan partisipasi dari banyak pihak, termasuk guru atau tokoh yang dipercaya sebagai pemimpin upacara, keluarga, kerabat, dan masyarakat sekitar. Mulai dari penyembelihan hewan hingga penyajian makanan dalam berbagai baki, setiap tahapan dalam Maccera' Bola dijalankan dengan penuh kekhusyukan dan kecermatan.
Rangkaian upacara ini melibatkan berbagai jenis makanan yang disajikan dalam baki-baki yang memiliki makna simbolis tersendiri. Dalam Maccera' Bola, tidak hanya disajikan makanan, tetapi juga dilakukan doa-doa dan pengumuman azan di beberapa titik rumah, yang bertujuan untuk menjauhkan pemilik rumah dari segala hal buruk dan mengundang keberkahan serta kebaikan bagi rumah dan penghuninya.
Melalui Maccera' Bola, masyarakat Soreang tidak hanya menjalankan tradisi warisan leluhur, tetapi juga memperlihatkan kekayaan budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tradisi ini bukan hanya sebagai simbol identitas suku Bugis, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya lokal di tengah arus globalisasi yang semakin menggeser nilai-nilai tradisional.
Kepala Dinas Pariwisata Parepare, Ahmad Djamaan, mengakui pentingnya Maccera' Bola sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat istiadat di Parepare. Tradisi ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat setempat, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan kekayaan budaya Sulawesi Selatan.
Maccera' Bola, dengan segala kompleksitas dan makna yang terkandung di dalamnya, adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan, dan khususnya di Parepare. Melalui tradisi ini, terbukalah jendela menuju kearifan lokal, spiritualitas yang dalam, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas dari budaya Bugis. Sungguh, Maccera' Bola bukan hanya tradisi, melainkan warisan berharga yang harus dilestarikan dan dijunjung tinggi bagi generasi-generasi mendatang.