Hampir di seluruh wilayah pulau Jawa, para ibu hamil ketika terjadi gerhana bulan akan melaksanakan sebuah ritual tradisi dengan keyakinan bahwa bila si ibu hamil tidak melakukan tradisi ini ketika terjadi gerhana bulan maka bayi yang lahir akan cacat. Dan salah satu tradisi menyangkut gerhana bulan yang cukup unik terdapat di wilayah Mojokerto dan sekitarnya.
Tradisi unik ini oleh warga di Kabupaten mojokerto di sebut sebagai tradisi liwetan yakni sebuah tradisi yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai tradisi menanak nasi, dan memang seperti namanya, pada malam menjelang gerhana bulan si ibu hamil dengan di bantu tetangganya akan menyiapkan perlengkapan menanak nasi di halaman seperti kompor, periuk, dan sebagainya. Disamping perlengkapan liwetan (menanak nasi) disiapkan juga perlengkapan lainnya seperti ranjang ukuran kecil sebagai salah satu perlengkapan yang akan dipakai dalam prosesi nanti.
Ketika perlahan-lahan bulan mulai meredup yang diyakini oleh penduduk setempat karena bulan tersebut dimakan oleh makhluk jahat, maka prosesi ini pun dimulai dan di awali dengan menanak nasi yang dilakukan oleh ibu atau kerabat si perempuan hamil. Kemudian begitu terjadi gerhana total maka si ibu hamil pun dengan diarahkan oleh tetua kampung disuruh menggigit kereweng (pecahan genteng), sambil tangannya terus mengelus perutnya.
Kemudian prosesi pun dilanjutkan dengan menyelundup kolong tempat tidur yang telah di siapkan sebanyak tiga kali sambil dengan tetap mulutnya menggigit kereweng tadi. Bersamaan dengan itu, para anak-anak yang hadir oleh tetua kampung diminta untuk bergelantungan di pohon yang ada di halaman tempat diadakannya tradisi liwetan dengan makna filosofis bahwa dengan adanya anak yang bergelantungan di pohon itu diharapkan bayi yang dikandung nantinya akan lahir dengan sempurna dan tanpa cacat.
Dan sebagai acara penutup adalah menyantap semua makanan yang di masak oleh ibu-ibu sepanjang prosesi upacara tadi berlangsung, sekaligus juga sebagai penanda bahwa prosesi liwetan ini berakhir..