Tapi tentu jangan bayangkan prosesi yang dilakukan sama dengan di masyarakat Iran dalam memperingati tragedi Karbala pada tanggal 10 Muharram. Di Pariaman tradisi Tabuik ini begitu kental dengan muatan lokal khas Sumatera Barat, meski memang pada awalnya tradisi ini diperkenalkan oleh orang-orang dari keturunan Timur Tengah. Konon tradisi Tabuik ini sudah ada di Pariaman sejak abad ke-19 tepatnya antara tahun 1826 sampai 1828 Masehi. Awalnya tradisi ini menurut beberapa sumber diperkenalkan oleh para pedagang keturunan Timur Tengah yang berasal dari India dan kebetulan adalah penganut Syiah.
Makanya tidak heran kalau pada awalnya tradisi Tabuik ini begitu kental dengan tradisi Timur Tengah. Bahkan nama Tabuik sendiri asal kata dari Tabut yang dalam bahasa Arab artinya peti kayu. Nama tersebut merujuk pada legenda yang berkembang bahwa sesaat setelah kematian Husein dan potongan tubuhnya telah dimasukkan ke dalam peti kayu muncul seekor binatang dari langit yang berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang dinamakan Buroq. Dan masih menurut legenda, Buroq tersebut kemudian mengambil peti kayu yang berisi jasad Husein dan membawanya terbang ke langit.
BACA JUGA: Bajapuik, Adat Perkawinan di Pariaman yang Sarat Makna
Upacara Tabuik sendiri di Pariaman terbagi menjadi dua macam yang merujuk pada nama wilayah di awal-awal tradisi ini ada yakni Tabuik Pasa (pasar) dan Tabuik Subarang (seberang). Tabuik Pasa sendiri karena jenis perayaan tabuik ini berasal dari wilayah yang berada di selatan sungai yang membelah kota Pariaman hingga ke pantai Gondoriah. Sementara untuk tabuik subarang merujuk pada daerah yang berada di sisi utara sungai yang juga dikenal dengan sebutan Kampung Jawa.
BACA JUGA: Slametan dalam Kosmologi Jawa: Proses Akulturasi Islam dengan Budaya Jawa
Pada acara perayaan Tabuik ini terdapat tujuh rangkaian prosesi yang dimulai pada tanggal 1 Muharram dan puncaknya pada Tanggal 10 Muharram dimana adalah tanggal wafatnya Cucu Nabi di Karbala. Dalam pelaksanaannya, upacara ini diawali dengan ritual mengambil tanah, kemudian dilanjutkan dengan ritualmenebang pohon pisang, ataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan puncaknya melarung tabuik ke laut Gondoriah pada saat menjelang Magrib.