Home » , , , , , » Tradisi Pindah Rumah Suku Bugis

Tradisi Pindah Rumah Suku Bugis

Tradisi pindah rumah di masyarakat Suku Bugis ini jangan disamakan dengan pindah rumah seperti yang biasa kita dengar dan lihat yaitu berpindah tempat tinggal dari satu rumah ke rumah lainnya. Pindah rumah pada Suku Bugis ini berarti memindahkan rumah dari satu tempat ke tempat lain. Bangunan rumah itu akan digotong beramai-ramai oleh warga untuk dipindahkan ke tempat yang baru. Tradisi ini dikenal dengan Mappalette Bola.

Tradisi Mappalette Bola atau pindah rumah a la Suku Bugis ini biasanya karena sebab-sebab tertentu seperti pemilik rumah menjual tanah tapi tidak beserta rumahnya. Tentu saja rumah yang akan dipindahkan ini adalah rumah adat yang terbuat dari kayu dan tanpa menggunakan paku sebagaimana ciri khas rumah adat Suku Bugis.  

Pada umumnya bentuk rumah adat Suku Bugis adalah rumah panggung berbentuk segi empat dan dibuat memanjang ke arah belakang dengan tiang-tiang yang ditancapkan ke dalam tanah atau diletakkan di atas batu.


Prosesi Mappalette Bola

Sebelum rumah tersebut dipindahkan, terlebih dahulu barang-barang yang sekiranya akan rusak dan menambah beban ketika rumah diangkat seperti piring, lemari, dan perabotan lain akan dikeluarkan terlebih dahulu. Barulah kemudian tiang-tiang yang ada dipasangi bambu sebagai alat untuk menggotong rumah tersebut.

Ada banyak sekali warga yang akan terlibat dalam tradisi Mappalette Bola dan semuanya laki-laki. Jumlahnya bisa ratusan bahkan ribuan tergantung besar kecilnya rumah yang akan dipindahkan. Sementara untuk kaum perempuan biasanya akan menyiapkan makanan di dapur karena sebelum dan sesudah acara prosesi Mappalette Bola ini tuan rumah akan menjamu warga yang ada.

Baca juga: Ilmu Seksual dari Lontara Assikalaibineng Bugis

Sebelum tradisi Mappalette Bola dimulai, acara akan diawali dengan memanjatkan doa agar prosesi berjalan lancar. Kemudian dilanjutkan dengan memakan makanan yang dihidangkan yang biasanya berupa kue-kue tradisional khas Suku Bugis seperti bandang, barongo, suwella dan kopi atau teh sebagai minumannya.

Barulah setelah acara makan ini prosesi Mappalette Bola akan dilaksanakan. Dengan diketuai oleh Tetua Adat yang akan memberi aba-aba dan mengarahkan warga kapan harus mengangkat, berjalan, kecepatan langkah dan sebagainya. Disamping itu, sepanjang perjalanan Tetua Adat juga akan terus meneriakkan semacam mantra agar para warga kuat memindahkan rumah hingga ke lokasi yang baru.   

Setelah rumah berhasil dipindahkan, maka acara akan dilanjutkan dengan makan bersama untuk kedua kalinya. tapi, jika yang pertama hidangannya berupa kue-kue tradisional maka untuk makan yang kedua ini makanan yang disajikan adalah makanan berat yaitu berupa sup 'saudara' yang merupakan salah satu makanan khas Suku Bugis, berbagai masakan ikan bandeng dan makanan berat lainnya. 

Dalam tradisi Mappalette Bola ini mengenal dua teknik pemindahan tergantung jarak pindah antara tempat yang lama dengan tempat yang baru. Jika jarak tempuhnya tidak terlalu jauh biasanya menggunakan teknik dorong yakni mendorong rumah secara bersama-sama setelah di tiap tiang rumah dipasangi roda. Sedangkan untuk teknik kedua adalah dengan dipanggul secara beramai-ramai.


Prosesi Pasca Mappalette Bola 

Setelah berhasil pindah rumah dan penghuni rumah telah genap setahun menempati rumah di tempat yang baru maka akan diadakan prosesi lainnya yakni prosesi Moccera Bola.

Dalam tradisi Moccera Bola ini pemilik rumah akan mengolesi tihang rumah mereka dengan darah ayam yang bertujuan untuk menolak bala.