Home » , , , , » Ritual Pati Ka: Makanan dan Minuman untuk Leluhur di Danau Kelimutu

Ritual Pati Ka: Makanan dan Minuman untuk Leluhur di Danau Kelimutu

Danau Kelimutu, terletak di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah tempat yang sangat istimewa bagi masyarakat setempat. Dikenal dengan tiga kawah berwarna yang unik, danau ini adalah tempat di mana ritual khusus, yang dikenal sebagai "Pati Ka," berlangsung. Ritual ini memiliki makna mendalam bagi komunitas adat dan masyarakat Suku Lio yang tinggal di sekitarnya.

Apa Itu Ritual Pati Ka?

Pati Ka adalah ritual tradisional yang dilakukan untuk memberi makan dan minum kepada leluhur di Danau Kelimutu. Ini adalah upaya untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan alam, terutama dalam konteks air di kawah Tiwu Atambupu yang telah menyusut selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, ritual ini juga dilakukan untuk memohon perlindungan dari wabah penyakit bagi Kabupaten Ende. Pati Ka, atau yang juga dikenal sebagai Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata, merupakan praktik kuno yang telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh Suku Lio.


BACA JUGA:

Makna Mendalam Ritual Pati Ka

Ritual Pati Ka merupakan penghormatan kepada leluhur dan keyakinan bahwa Danau Kelimutu adalah tempat peristirahatan terakhir jiwa yang telah meninggal. Menurut kepercayaan Suku Lio, Danau Kelimutu adalah tempat di mana semua jiwa berkumpul setelah perjalanan hidup mereka berakhir. Oleh karena itu, memberi makanan khusus kepada arwah leluhur yang tinggal di danau merupakan langkah penting dalam menjaga hubungan dengan dunia roh, alam semesta, dan kekuatan ilahi.


Ritual Pati Ka melibatkan penyajian makanan khusus kepada arwah leluhur yang diyakini menghuni tiga kawah di Danau Kelimutu, yaitu Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nua Muri Koo Fai, dan Tiwu Ata Polo. Selama ritual ini, peserta berjalan kaki menuju puncak Kelimutu, dengan diiringi musik tradisional I Lio Ende, menempuh perjalanan sejauh 700 meter.

Pria yang mengikuti ritual akan mengenakan kain sarung khusus hasil tenunan (Luka) dan mengenakan destar serta berbahan batik (Lesu), serta mengenakan tenun ikat (Semba) atau selendang. Sementara itu, wanita memakai kain sarung tenun ikat (Lawo) dan pakaian adat (Lambu). Ini adalah pakaian tradisional yang memiliki nilai simbolis dan spiritual dalam konteks ritual ini.

Ritual Pati Ka adalah bagian integral dari budaya dan tradisi Suku Lio, dan di samping aspek spiritualnya, juga memiliki tujuan pelestarian alam dan perlindungan terhadap wabah penyakit. Ini adalah upaya komunal yang memperkuat ikatan antara manusia, alam, dan leluhur mereka, mencerminkan kearifan lokal yang perlu dilestarikan dan dihormati.

--------

Gambar diambil dari: Kemdikbud dan Authentic-Indonesia.