Home » , , , , » Labuh Saji: Merayakan Kesejahteraan di Pantai Pelabuhan Ratu

Labuh Saji: Merayakan Kesejahteraan di Pantai Pelabuhan Ratu

Pantai Pelabuhan Ratu, sebuah surga wisata di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat, Indonesia, tidak hanya memukau dengan keindahan alamnya tetapi juga dengan tradisi kuno yang terpelihara dengan penuh kebanggaan. Upacara adat Labuh Saji, atau yang dikenal sebagai Hari Nelayan, menjadi perwujudan nyata dari sebuah tradisi turun temurun yang mengungkapkan rasa syukur atas keberlimpahan hasil laut.

Sejarah Pantai Pelabuhan Ratu dan Labuh Saji

Pantai Pelabuhan Ratu, terletak sekitar 60 km ke selatan dari Kota Sukabumi, memancarkan pesona budaya yang mendalam melalui upacara adat Labuh Saji. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada seorang putri yang, dengan penuh kepedulian terhadap masyarakat nelayan, juga menjadikannya sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan keberlimpahan dalam kehidupan mereka. Labuh Saji menjadi bukti hidupnya perilaku masyarakat yang memuliakan leluhur mereka.


Prosesi Unik dari Pendapa ke Dermaga

Dalam setiap perayaan syukuran nelayan, sebuah sepasang ayah dan putrinya, digambarkan sebagai Mayangsagara dan Bagus Setra, diarak dari Pendapa Kabupaten Sukabumi ke dermaga Pantai Pelabuhan Ratu. Delman yang mereka tumpangi menjadi pusat perhatian ribuan pengunjung yang hadir untuk merayakan kebahagiaan nelayan setiap tahunnya.

Nyi Putri Mayangsagara, keturunan penguasa kerajaan Dadap Malang, menjadi tokoh utama dalam upacara Labuh Saji. Tradisi ini dimulai sejak abad ke-15 dan bertujuan memberikan hadiah kepada Nyi Roro Kidul, yang dipercaya sebagai penguasa laut selatan. Upacara ini menjadi doa agar kesejahteraan dan hasil tangkapan nelayan tetap melimpah.


Tradisi dan Kepercayaan yang Terjaga

Labuh Saji, diadakan setiap tanggal 6 April sebagai Hari Nelayan, melibatkan nelayan, masyarakat setempat, dan aparat pemerintah. Dalam ritual ini, mereka melabuhkan sesajen ke laut sebagai bentuk penghormatan dan untuk menjaga hubungan baik dengan Nyi Roro Kidul. Dahulu, sesajen berupa kepala kerbau atau kambing, tetapi kini diganti dengan menaburkan benih ikan, benur udang, dan tukik penyu ke tengah teluk Pantai Pelabuhanratu.


Menaburkan Harapan melalui Tukik

Tukik, sebagai simbol kesuburan laut, menjadi bahan utama yang ditebarkan ke laut oleh para nelayan. Dipercaya bahwa dengan menaburkan tukik ke laut, mereka merawat keseimbangan ekosistem laut dan memohon agar hasil tangkapan setiap tahunnya tetap berlimpah. Ini adalah bentuk kesadaran akan keberlanjutan sumber daya laut dan keinginan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat nelayan.


Merajut Harmoni dengan Alam

Labuh Saji bukan hanya sebuah upacara adat; ini adalah persembahan dari hati yang merayakan kesejahteraan, keberlimpahan laut, dan hubungan harmonis dengan alam. Pantai Pelabuhan Ratu bukan hanya destinasi wisata yang menakjubkan, tetapi juga rumah bagi tradisi yang kaya dan berkesinambungan. Labuh Saji adalah cerminan cinta dan penghargaan terhadap alam, sebuah warisan yang patut dijaga dan dirayakan oleh generasi mendatang.