Home » , , , , , » Menelusuri Keunikan Kampung Kasepuhan Ciptagelar

Menelusuri Keunikan Kampung Kasepuhan Ciptagelar

Kampung Kasepuhan Ciptagelar, sebuah desa tradisional di Sukabumi, memiliki keunikan yang mencolok dalam lokasi, potensi penduduk, dan warisan budayanya yang tak tertandingi. Desa ini terletak di Sukamulya, Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi, dengan keberadaannya yang masih diatur oleh aturan tradisional dan adat warisan. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang keistimewaan desa ini.

 1. Lokasi dan Lingkungan

Desa Kasepuhan Ciptagelar terletak di Sukamulya, Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi, sekitar 27 km dari pusat kota distrik Sukabumi. Akses ke desa ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat atau dua roda, meskipun kendaraan roda empat harus memenuhi syarat tertentu karena kondisi jalan yang sulit. Desa ini memiliki posisi geografis di atas 1050 meter di atas permukaan laut dengan udara yang sejuk, berkisar antara 20°C hingga 26°C.


2. Potensi Penduduk

Penduduk Kasepuhan Ciptagelar dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: kelompok yang tinggal di dalam jiwa desa (jero), dan kelompok yang tinggal di luar jiwa desa (soul). Kelompok jero adalah jiwa desa yang memiliki ikatan darah dengan Abah Anom, pemimpin tradisional desa ini. Kelompok luar jiwa adalah warga yang mengakui Kasepuhan Ciptagelar tetapi tinggal di luar desa dan sering meminta bantuan spiritual dari para sesepuh.


3. Potensi Budaya

a. Sejarah/Asal Usul

Desa Kasepuhan Ciptagelar memiliki dua cerita lisan mengenai asal usulnya. Pertama, berasal dari keturunan Pakuan Pajajaran, yaitu Raja Siliwangi. Cerita kedua menyebutkan bahwa Ki Demat Haur Tangtu, salah satu pengawal Raja Siliwangi, juga memiliki andil dalam asal usul desa ini. Cerita ini mencakup perjalanan dari Pakuan ke Tegal Buleud dan perpindahan kelompok tersebut hingga membentuk desa Kasepuhan Ciptagelar.


b. Sistem Pengetahuan dan Tabu

Meskipun penduduk desa ini menganut Islam, kehidupan keagamaan sehari-hari masih didominasi oleh keyakinan terhadap adat istiadat nenek moyang (tatali paranti). Konsep atau filsafat hidup mereka lebih fokus pada adat istiadat daripada mengacu pada sumber utama agama mereka (Al-Qur'an). Kepercayaan ini mencakup upaya untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan manusia dengan menghormati alam semesta.


c. Sistem Masyarakat

Desa Kasepuhan Ciptagelar diorganisir oleh seorang pemimpin tradisional bernama Abah Anom, yang diangkat oleh adat untuk memimpin masyarakat. Abah Anom dibantu oleh kelompok konservatif yang memiliki tanggung jawab masing-masing dalam mendukung kepentingan masyarakat. Masyarakat diatur oleh sistem kekerabatan bilateral, dengan hubungan kekerabatan ditentukan oleh garis keturunan ayah dan ibu.


d. Upacara Adat

Desa ini masih melaksanakan berbagai upacara adat yang terkait dengan siklus kehidupan, seperti upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian. Upacara-upacara pertanian juga diadakan untuk memohon berkah dan perlindungan bagi hasil panen.


e. Seni Budaya

Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar memiliki beragam seni tradisional, termasuk seni musik genjring, seni puisi, seni calung, pertunjukan wayang, dan seni angklung. Seni ini sering dipertunjukkan dalam berbagai upacara tradisional dan mencerminkan kekayaan budaya desa ini.


f. Pola Permukiman

Pola permukiman masyarakat Kasepuhan Ciptagelar mengikuti prototipe arsitektur Sunda umumnya. Desain rumah panggung, leuit (gudang), dan struktur lainnya mencerminkan pola permukiman tradisional masyarakat Sunda. Desa ini juga memiliki Bale pertemuan, tempat rapat dan pertemuan masyarakat.


g. Rumah Tradisional

Rumah penduduk Kasepuhan Ciptagelar mengikuti pola arsitektur Sunda, dengan dinding anyaman bambu, rangka kayu, dan atap dari daun palem, ilalang, atau Tepus. Rumah ini berbentuk persegi panjang dengan tiang tinggi, menciptakan suasana tradisional yang kental.


4. Kesimpulan

Kampung Kasepuhan Ciptagelar bukan hanya tempat dengan keindahan alam yang menakjubkan, tetapi juga sebuah desa yang hidup dengan adat istiadat dan budaya yang kaya. Keunikan desa ini terletak pada kesinambungan budaya tradisional, kepercayaan terhadap adat istiadat nenek moyang, serta kehidupan sosial yang terorganisir dengan baik. Desa ini mempertahankan warisan budaya dan seni tradisional, menjadikannya destinasi unik yang memberikan pengalaman otentik bagi pengunjung yang mencari keindahan dan kearifan lokal.